TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengenang Presiden ke-3 BJ Habibie. Luhut menilai Habibie adalah seorang demokrat sejati.
“Bapak ibu, mari kita sejenak mengenang Bapak BJ Habibie yang sudah mendahului kita. Saya pribadi punya hubungan yang agak emosional dengan beliau, menurut saya beliau adalah seorang demokrat sejati,” kata Menko Luhut di Ballroom Djakarta Theatre, Jakarta, Kamis, 12 September 2019.
Penilaian itu diberikan Luhut lantaran perancang pesawat N250 berani untuk menyatakan berhenti selepas habis masa jabatan sebagai presiden dulu. "Beliau berani menyatakan ‘saya tidak terus, saya berhenti’," ujar dia.
Selepas pensiun pun, kata Luhut, Habibie tidak mencampuri lagi pekerjaan-pekerjaan lain dan hanya sebatas memberikan nasehat. Hal tersebutlah yang menurut dia harus dicontoh dari Habibie.
Presiden BJ Habibie meninggal pada pukul 18.05 WIB, Rabu 11 September 2019, di RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat. Putra kedua Habibie, Thareq Kemal Habibie mengatakan ayahnya meninggal karena penurunan fungsi tubuh dan gagal jantung.
"Kemarin saya katakan bahwa gagal jantung yang mengakibatkan penurunan itu, kalau memang organ-organ itu degenerasi melemah, menjadi tidak kuat lagi, maka tadi jam 18 lebih lima, jantungnya dengan sendiri menyerah," ujar Thareq dalam pesan yang diterima Tempo, Senin, 11 September 2019.
Thareq mengatakan sampai titik terakhir ia masih berada di situ. "Tapi hari ini pada tanggal 11 September 2019 jam 18 lebih lima, presiden RI ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie, sudah meninggal," ujar dia.
BJ Habibie disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, di samping makam istrinya, Hasri Ainun Besari pada Kamis siang, 12 September 2019.
CAESAR AKBAR | JULI HANTORO