TEMPO.CO, Jakarta - Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), lembaga keuangan multilateral yang dipelopori China, menargetkan dapat menambah fasilitas utang pembangunan proyek di Indonesia. Saat ini, menurut catatan mereka, total utang Indonesia ke AIIB mencapai US$ 950 juta.
"Kira-kira utang Indonesia hampir US$950 juta. Indonesia sekarang kedua, peminjam terbesar di AIIB setelah India, tapi Indonesia banyak sekali punya potensi sebetulnya untuk bisa diajukan ke AIIB," ujar Luky Eko Wuryanto, Vice President Chief Administration Officer Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), seperti dilansir Bisnis, Senin 2 September 2019.
Luky mengharapkan Indonesia dapat merealisasikan pembangunan infrastruktur sesuai dengan Nawacita Presiden Joko Widodo yang menitikberatkan pada pembangunan atau proyek infrastruktur yang massif. "Indonesia dianggap sangat penting sekali karena masih bisa untuk meningkatkan utang lagi dan memungkinkan kalau AIIB bisa lebih banyak membantu Indonesia," katanya.
Dengan masuknya AIIB ke proyek-proyek infrastruktur yang ada, juga diharapkan bisa membuat keterlibatan investor swasta lebih nyaman.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga dinilai harus melihat lagi proyek-proyek yang belum diajukan ke AIIB yang berpotensi untuk diberikan fasilitas utang. Namun, AIIB menghindari proyek bendungan karena bendungan disebut-sebut memiliki isu sensitif terhadap lingkungan atau relokasi penduduk.
Luky optimistis, dengan adanya penambahan proyek-proyek dari Indonesia, target utang AIIB per tahunnya akan tercapai. "Paling total utang dari seluruh negara baru US$4 miliar—USS4,50 miliar per tahunlah. Ambisi kami ingin lebih banyak lagi bahkan US$8 miliar—US$10 miliar," tuturnya.
BISNIS