TEMPO.CO, Jakarta - PT Sarinah (Persero) sedang merencanakan pembuatan gedung pencakar langit dengan 40 lantai yang akan menelan biaya hingga Rp 1,8 triliun. Presiden Direktur Sarinah, Gusti Ngurah Putu Sugiarta Yasa mengatakan pembangunan yang dinamakan Sarinah II akan dimulai bulan Januari tahun 2020.
"Optimasi aset yang kami lakukan saat ini aset Thamrin. Mudah-mudahan kalau tidak halangan bahwa awal tahun depan kita akan membangun Tower Sarinah II di sisi Jalan Sunda Gedung Thamrin," kata Sugiarta di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Selasa, 27 Agustus 2019.
Rencananya, Tower Sarinah II akan berdiri di atas lahan seluas 2,8 hektare. Perseroan tidak berjalan sendiri dalam pembangunan dan penyertaan. Ia menggandeng beberapa BUMN konstruksi di antaranya adalah PT Wijaya Karya dengan porsi 25 persen dan PT Pembangunan Perumahan (PP) 20 persen yang sisanya dipegang oleh perseroan yang terkenal dengan membuat mal pertama di Indonesia
Untuk menjalankan proyek pengembangan aset, Sarinah akan menggunakan dana pinjaman dari perbankan yang tergabung dengan Himbara dan kas internal. Dengan tower baru tersebut aset Sarinah akan melonjak empat kali lipat menjadi Rp 1,6 triliun yang sebelumnya hanya Rp 400 miliar. “Pembangunannya diperkirakan akan memakan waktu sekitar 30 bulan."
Nantinya Tower tersebut selain digunakan untuk retail, tapi juga akan digunakan untuk perkantoran, restoran, apartemen, dan hotel. "Sehingga, parkiran nanti di bawah tanah saja," kata Sugiarta.
Sugiarta mengharapkan dukungan kepada semua pihak agar rencana ini bisa terlaksana. "Mudah-mudahan bisa terelasiasi dan menjadi pusat kebanggaan dan rekreasi dari anak bangsa khususnya dalam mengembangkan industri kreatif," ucapnya.
Saat ini rincian kontribusi tiap sumber pendapatan BUMN tersebut antara lain adalah bisnis retail sebesar 16 persen, properti 17 persen, perdagangan 8 persen. Ada juga Sari Valas (bisnis tukar uang Sarinah) sebesar 59 persen, terbesar bahkan dibanding bisnis inti dari Sarinah sendiri yakni retail dan perdagangan.