TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI menjelaskan mengenai kondisi nilai tukar rupiah yang sempat melemah sepanjang pekan kemarin pada 2-9 Agustus 2019. Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah tersebut karena terdampak kondisi pasar global.
"Kemarin itu adalah lebih pada dampak dari eksternalnya dari kondisi pasar globalnya. Kami juga lihat itu permasalahan di hampir semua mata uang emerging market jadi bukan hanya rupiah," kata Dody kepada media di Gedung Thamrin, Kompleks Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Senin 12 Agustus 2019.
Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah yang tergambar pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) sepanjang 2-9 Agustus 2019 melemah dibandingkan pada pekan sebelumnya. Misalnya pada 2 Agustus 2019 nilai tukar rupiah sempat berada pada level Rp 14.203 per dolar Amerika Serikat (AS).
Padahal pada 1 Agustus 2019, nilai tukar rupiah baru menyentuh angka Rp 14.098 per dolar AS. Bahkan pada 6 Agustus 2019, nilai tukar rupiah sempat menyentuh level terendah di Rp 14.344 per dolar AS. Adapun per 12 Agustus 2019, nilai tukat rupiah Jisdor tercatat berada pada level Rp 14.220 per dolar AS.
Dody mengatakan saat ini rupiah sudah kembali stabil setelah sempat berfluktuasi pada pekan kemarin. Penguatan nilai tukar tersebut, kata dia, sejalan dengan mulai masuknya aliran dana asing ke dalam perekonomian Indonesia. Ia juga memastikan bahwa pelemahan itu merupakan gejolak sesaat yang berpengaruh kepada nilai tukar rupiah.
"Artinya memang sentimen itu masih cukup positif, confident masih cukup terhadap ekonomi. Hanya dari sisi globalnya yang membuat peningkatan volatilitas sehingga mendorong gejolak sesaat pada mata uang rupiah," kata Dody.