TEMPO.CO, Jakarta - Dewasa ini, kaum milenial semakin membutuhkan keahlian khusus untuk bisa mengorganisasi atau memanajemen pendapatan mereka. Apalagi, banyak milenial yang terlalu cepat menghabiskan pendapatan atau uangnya untuk hal- hal konsumtif demi mengikuti tren gaya hidup.
"Banyak juga anak muda milenial salah dalam melakukan manajemen uangnya karena mereka terlalu cepat menikmati, terima pendapatan semuanya dipakai dulu, baru sisanya ditabung," kata Ken Handersen co founder Gatherich, sebuah komunitas yang memotivasi anak muda untuk melek keuangan, saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta Selatan, Sabtu 3 Agustus 2019.
Ken mengatakan, kunci manajemen uang yang baik adalah mengelola pendapatan, sekaligus pada saat bersamaan bisa berinvestasi. Strategi ini dilakukan untuk menyeimbangkan antara pendapatan aktif lewat gaji dan investasi sehingga mampu menciptakan pendapatan pasif.
Karena itu, kata Ken, anak muda generasi milenial perlu berlatih mengatur pendapatan mereka sendiri. Ken mengatakan ada strategi sederhana bagi anak muda milenial yang mau berlatih melakukan manajemen pendapatan mereka. Hal ini dilakukan, bukan hanya untuk
Salah satunya, menurut Ken, bisa dilakukan dengan menerapkan prinsip 50 persen pendapatan untuk kebutuhan hidup. Dan sisanya 50 persen, jika bisa dilakukan untuk investasi. Jika tidak, dana investasi itu harus dibagi dan disesuaikan dengan kebutuhan misalnya investasi, pendidikan, hiburan dan zakat.
Misalnya, 20 persen untuk investasi, 10 persen pendidikan, 10 persen untuk hiburan dan 10 persen untuk zakat. "Nilai-nilai angka ini bisa disesuaikan dengan kemampuan dan sesuai tingkat pendapatan yang bertambah," kata Ken.
Selain itu, Ken menganjurkan, untuk bisa melakukan manajemen uang atas pendapatan, anak muda milenial harus mampu membedakan kebutuhan dan keinginan. Dalam hal ini, kebutuhan merupakan hal mendasar yang memang dibutuhkan untuk hidup, dan keinginan untuk memenuhi hasrat gaya hidup.
DIAS PRASONGKO