TEMPO.CO, Jakarta- Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG berpotensi mengalami koreksi lanjutan. Sehingga, kata dia, IHSG berpeluang menuju ke area support.
BACA: IHSG Berpotensi Menguat Pekan Depan karena Faktor Ini
"Hal itu karena terlihat pola evening star candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi koreksi lanjutan," kata Nafan saat dihubungi, Minggu, 14 Juli 2019.
Berdasarkan daily pivot dari Bloomberg, kata Nafan, support pertama maupun kedua memiliki range pada 6.353,455 hingga 6.333,564. Sedangkan, resistance pertama maupun kedua memiliki range level 6.409,277 hingga 6.445,208.
"Berdasarkan indikator, MACD berada di area positif. Sementara itu, terlihat bahwa Stochastic dan RSI sudah berada di area netral," kata dia.
BACA: Minim Sentimen Domestik, IHSG Melemah 13,26 Poin ke 6.360,21
Pada 12 Juli, IHSG ditutup melemah 0,68 persen di level 6.373,345. Pergerakan tertinggi hari ini pada 6.435,318, sedangkan terendah berada di 6.369,496. Terdapat 151 emiten yang sahamnya menguat, 268 melemah, dan 126 stabil.
Dia melihat pelaku pasar masih wait and see terkait dengan kebijakan moneter The Fed. "Pekan nanti Powell (Gubernur The Fed) akan menyampaikan pidatonya," kata Nafan.
Selain itu, kata dia, faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG, yaitu neraca perdagangan RI diprediksikan defisit.
BACA: Revisi PoD Blok Masela Diteken, Jonan Akan Lapor ke Jokowi
Sedangkan Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan IHSG yang sebelumnua ditutup turun, bisa membalik arah menguat. "Hal itu Karena ada sentimen positif dari stabilitas politik yang lebih kondusif, ini pasti berpengaruh juga," ujar Bhima.
Kendati begitu, kata Bhima, pelaku pasar masih menunggu soal suku bunga acuan The Fed dan respons Bank Indonesia terhadap hal itu. Juga kata dia, terkait negosiasi AS-Cina dan Jepang- Korea Selatan, soal perang dagang masih menjadi konsentrasi pelaku pasar.
"Dari dalam negeri selain suku bunga, ada terkait dengan neraca perdagangan ini juga bulan Juni masih banyak dihitung investor apakah akan terjadi defisit yang melebar, karena puncak lebaran, di mana impor barang konsumsi biasanya naik dan adanya liburan memotong kinerja ekspor juga," ujar dia.
Adapun Jokowi dan Prabowo bertemu pada Sabtu siang, 13 Juli. Keduanya berjumpa di Stasiun Moda Raya Terpadu atau MRT Lebak Bulus. Dalam pertemuan, Jokowi mengajak Prabowo menjajal MRT.
Sambil berseloroh, Jokowi menduga Prabowo belum pernah menjajal kereta cepat ini. Turun di Halte Senayan, Jokowi dan Prabowo lantas menggelar makan siang bersama di salah satu restoran sate di Mal FX Sudirman.
Dalam pertemuan hangat itu, baik Jokowi dan Prabowo keduanya juga mengajak masyarakat menjalin persatuan serta meniadakan istilah “01” dan “02”. Angka ini merujuk pada penomoran keduanya saat masa pemilihan calon presiden.
Baca berita tentang IHSG lainnya di Tempo.co.
AHMAD FAIZ | DEWI NURITA