TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Lucky Alfirman mengatakan pada segmen peminat surat utang Savings Bond Ritel (SBR) mengalami pergeseran dari generasi kelahiran tahun 1946-1965 (baby boomers) ke kaum milenial. Terlebih lagi karena saat ini pembelian instrumen investasi ini sudah bisa dilakukan secara online.
Baca: Surat Utang SBR007 Dijual Mulai Rp 1 Juta, Begini Prospek Analis
"Mudah diakses, aman dan kalau kita liat sejak dipasarkan secara online itu ternyata ada perubahan struktur profil investor kita," kata Lucky seusai Peluncuran SBR007 di Jakarta Selatan, Kamis, 11 Juli 2019.
Lucky menjelaskan, sebelumnya saat produk SBR dipasarkan secara konvensional memang milenial hanya mendapat porsi 15 persen dari total seluruh pembelian. "Tetapi ketika pada penelitian terakhir itu justru SBR itu didominasi oleh pembelinya generasi milenial yang mencapai 50-52 persen."
Dengan capaian tersebut, Lucky menekankan hal tersebut merupakan tujuan dari Kementerian Keuangan yang ingin membuat basis khusus menyasar target milenial. Pemerintah masih melakukan ini secara bertahap dan memantau perkembangan pertumbuhannya ke depan karena memang sangat menjanjikan.
Untuk SBR007 ini, pemerintah menawarkan kupon 7,5 persen dengan minimal pemesanan Rp 1 juta dan maksimal Rp3 miliar. Surat berharga yang dikhususkan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) ini diharapkan meningkatkan kepemilikan surat berharga negara oleh investor domestik.
Baca: Sri Mulyani: Penerbitan Surat Utang Sumber Utama Penutup Defisit
Masa penawaran surat utang SBR007 akan dimulai pada pukul 09.00 WIB pada Kamis 11 Juli 2019 dan ditutup pada 25 Juli 2019. Tingkat kupon minimal ini tidak berubah sampai dengan jatuh tempo pada 10 Juli 2021 atau selama 2 tahun.
EKO WAHYUDI | RR ARIYANI