TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi hari ini, Rabu 10 Juli 2019, melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
BACA: Jokowi Adakan Ratas untuk Dorong Ekspor dan Pariwisata Jawa Tengah
Setibanya di Bandar Udara Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, sekitar pukul 14.10 WITA, Jokowi disambut oleh Gubernur NTT Viktor Laiskodat, Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Benny Susianto, dan Kapolda NTT Irjen Pol Raja Erizman. "Kedatangan Kepala Negara juga disambut dengan prosesi adat khas NTT yaitu Tari Caci," kata pelaksana tugas Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Chandra A. Kurniawan, dalam siaran tertulisnya, Rabu.
Jokowi kemudian meninjau rencana pengembangan Bandara Komodo dengan melihat panel dan menyimak paparan. Dari bandara, Jokowi dan rombongan menuju Kawasan Puncak Waringin, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, untuk meninjau proyek penataan kawasan Puncak Waringin.
Selain itu, Jokowi juga diagendakan akan meninjau proyek trotoar jalan di Jalan Soekarno-Hatta, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat. Agenda kerja Presiden hari ini akan ditutup dengan meninjau Kawasan Terpadu Marina, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat pada sore hari.
Dalam kunjungan kerja, Jokowi dan Iriana turut didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, Sekretaris Militer Presiden Marsdya TNI Trisno Hendradi, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki, dan Komandan Paspampres Mayjen TNI Maruli Simanjuntak.
Sebelumnya, Presiden mengatakan masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan di Nusa Tenggara Timur (NTT). Karena itu, dirinya harus datang melihat dan ambil tindakan.
Baca: Jokowi Akan Buka Bendungan Rotiklot, Diharapkan Atasi Krisis Air
"Saya sudah 10 kali datang ke NTT. Padahal NTT itu jauh," kata Presiden Jokowi saat meresmikan Bendungan Rotiklot di Belu, Senin, 20 Mei 2019.
Jokowi mengaku sering datang ke NTT, karena sangat cinta NTT. Apalagi banyak persoalan kesejahteraan rakyat yang harus diselesaikan. Salah satu solusi yakni tambak garam, karena NTT miliki ribuan hektare (ha) garam yang bisa dikelola secara swadaya oleh masyarakat.