TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Harian Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Pahala Nugraha Mansury mengatakan bahwa sepanjang 2018 perseroan mampu mencatatkan laba sebesar US$ 2,53 miliar atau setara Rp 35,99 triliun. Menurut Pahala, pendapatan laba tersebut ditopang oleh meningkatnya penjualan yang berhasil dicapai.
BACA: One Way Tol Diberlakukan, Pertamina Amankan Pasokan BBM
"Pendapatan dari penjualan meningkat dari sebelumnya, US$ 46 miliar pada 2017 menjadi US$ 57,9 miliar pada tahun 2018 dan itu mungkin sudah peroleh persetujuan," kata Pahala saat menggelar konferensi pers di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Jumat 31 Mei 2019.
Adapun, Pertamina mengelar Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS hari ini. Dalam konferensi yang digelar di Kementerian BUMN, jajaran direksi dan komisaris Pertamina ikut hadir memberikan penjelasan dengan didampingi oleh Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno.
BACA: Bandara YIA Beroperasi, Pertamina DIY Tambah Pasokan Avtur
Pahala menjelaskan, peningkatan laba juga sejalan dengan peningkatan pendapatan yang juga meningkat 26 persen. Menurut dia, peningkatan penjualan salah satunya ditopang dari sektor hulu yang meningkat akibat kenaikan harga minyak atau ICP menjadi 67,8 US$ per barel.
Sedangkan dari sisi produksi, hulu juga mengalami peningkatan sebesar 30 persen. Hal ini sejalan dengan bergabungnya aset Blok Mahakam yang kini telah dikelola oleh Pertamina pada 2018. "Itu ikut mendongkrak hulu," kata Pahala.
Pahala melanjutkan, dari sisi hilir atau retail volume jual dari Pertamina juga ikut meningkat sampai 2 persen. Peningkatan ini juga sejalan dengan pendapatan Pertamina akibat penugasan untuk menjual bahan bakar minyak (BBM) subsidi yang juga meningkat.
Menurut mantan Direktur Utama Garuda Indonesia ini, subsidi untuk BBM pada tahun 2018 telah meningkat dari Rp 500 per liter menjadi Rp 2.000 per liter. Hal inilah yang ikut mendorong jumlah peningkatan pendapatan Pertamina sepanjang 2018.