Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Neraca Perdagangan Kuartal I Defisit, MendagTak Khawatir

image-gnews
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita berbincang dengan pekerja saat meninjau lokasi produksi bir usai meresmikan ekspor perdana bir Bintang ke Korea Selatan di kawasan PT Multi Bintang Indonesia (MBI) Tbk, Tangerang, Banten, 14 Mei 2018. TEMPO/Tony Hartawan
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita berbincang dengan pekerja saat meninjau lokasi produksi bir usai meresmikan ekspor perdana bir Bintang ke Korea Selatan di kawasan PT Multi Bintang Indonesia (MBI) Tbk, Tangerang, Banten, 14 Mei 2018. TEMPO/Tony Hartawan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita tidak terlalu mengkhawatirkan defisit neraca perdagangan yang terjadi sepanjang kuartal I 2019 ini. Sebab, defisit terjadi karena impor yang lebih banyak didominasi oleh kategori barang bahan baku untuk kebutuhan industri.

Baca: BPS: Neraca Perdagangan Maret 2019 Surplus USD 540 Juta

"Ini menunjukkan pertumbuhan industri meningkat, baik dari segi volumenya, kapasitas, maupun investasi baru, terutama di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)," kata Enggartiasto dalam acara Indonesia Industrial Summit di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten, Selasa, 16 April 2019.

Sebelumnya pada Senin, 15 April 2019, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan mengumumkan neraca perdagangan mengalami defisit sebesar sebesar US$ 190 juta. Jika dibandingkan dengan kuartal I 2018, neraca perdagangan justru mengalami surplus sebesar US$ 280 juta.

Adapun defisit pada kuartal I 2018 ini terjadi seiring dengan penurunan ekspor yang mencapai 8,49 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ekspor hanya sebesar US$ 40,52 miliar, turun dibandingkan US$ 44,27 miliar pada kuartal I 2018.

Kendati demikian, impor sebenarnya juga mengalami penurunan. Dari US$ 43,9 miliar pada kuartal I 2018 menjadi US$ 40,7 miliar pada kuartal I 2019. Dari total tersebut, 75,13 persennya berasal dari impor bahan baku. Lalu impor barang modal 16,57 persen dan barang konsumsi 8,3 persen.

Dengan kenaikan impor bahan baku ini, Enggartiasto mengatakan memang akan terjadi defisit neraca perdagangan untuk sesaat. Tapi setelah itu, kondisi diyakini akan berbalik karena bahan baku yang didatangkan mayoritas digunakan oleh industri yang berorientasi ekspor. Sehingga, hasil dari impor bahan baku terhadap perdagangan secara umum baru akan terasa dampaknya pada 2019 ini.

Di sisi lain, Enggartiasto menyadari kinerja ekspor sepanjang tiga bulan pertama ini lebih buruk ketimbang tahun lalu. Ia kembali menyinggung perang dagang Amerika Serikat dan Cina sebagai salah satu penyebabnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebab, pertumbuhan ekonomi dunia melemah dan menyebabkan permintaan juga turun. "Jadi pasarnya semakin sempit dan terjadi persaingan antar negara, dalam hal harga, kualitas barang, dan bea masuk," ujar Enggartiasto.

Dalam kondisi ini, kata Enggartiasto, negara yang lebih diuntungkan adalah negara yang sudah lebih dulu membuat perjanjian dagang dengan negara lain yang menjadi mitra perdagangannya. Indonesia dinilai tertinggal dalam hal ini sehingga pemerintah pun mengebut sejumlah perjanjian dagang, terutama dengan negara tujuan ekspor non-tradisional selain Cina, Jepang, dan Amerika Serikat. "Kalau enggak ketinggalan dengan pasar yang makin sempit."

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan neraca perdagangan perlu dilihat secara menyeluruh. Sebab, neraca perdagangan yang semula defisit pada Januari bisa berubah menjadi surplus pada Februari 2019. "Artinya tendensinya surplus, jangan cuma liat akumulasinya," ujarnya.

Baca: Neraca Perdagangan Surplus, Istana Klaim Ekonomi Membaik

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, Adhi S Lukman mengatakan dalam praktik bisnis di lapangan, kuartal I 2019 ini lebih dibandingkan kuartal I 2018. Salah satunya karena permintaan pasar yang menurut dia cukup baik sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. "Saya gak bilang efek pemilu, tapi kalau pemilu pasti ada dampak walau gak signifikan," kata dia.

Simak berita terkait neraca perdagangan lainnya di Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

5 jam lalu

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan saat kunjungan pemantauan harga bahan pokok di Pasar Anyar, Bogor, Jawa Barat pada Senin, 18 Maret 2024. Tempo/Novali Panji
Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.


Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

22 jam lalu

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita . (ANTARA/HO-Kementerian Perindustrian/rst)
Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.


Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

1 hari lalu

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. ANTARA/HO-Ministry of Industry.
Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

Pemerintah RI membahas langkah strategis mengurangi emisi karbon sektor industri di ajang pameran global Hannover Messe 2024 Jerman.


Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

2 hari lalu

Karyawan menunjukkan uang pecahan 100 dolar Amerika di penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa 16 April 2024, Nilai tukar rupiah tercatat melemah hingga menembus level Rp16.200 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah libur Lebaran 2024. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menyampaikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan adanya sejumlah perkembangan global saat libur Lebaran. TEMPO/Tony Hartawan
Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.


Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif

2 hari lalu

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani ketika ditemui di Kemenko Marves pada Selasa, 22 Agustus 2033. TEMPO/Riri Rahayu
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Shinta Kamdani menilai melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada penurunan confidence ekspansi usaha di sektor manufaktur nasional.


LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

3 hari lalu

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.


Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

3 hari lalu

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung, Priok, Jakarta, Senin, 15 Januari 2024. Namun nilai ekspor mengalami penurunan secara tahunan. Tempo/Tony Hartawan
Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024


Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

3 hari lalu

Tumpukan peti kemas di Pelabuhan New Priok Container Terminal One (NPCT1) Jakarta, Kamis, 22 Februari 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi penurunan ekspor dan impor pada Januari 2024. Nilai ekspor Januari 2024 turun jika dibandingkan bulan sebelumnya pada Desember 2023 yang sebesar 22,39 USD miliar. TEMPO/Tony Hartawan
Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.


Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

3 hari lalu

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung, Priok, Jakarta, Senin, 15 Januari 2024.  Badan Pusat Statistik atau BPS mengumumkan total nilai ekspor Indonesia pada Desember 2023 mencapai US$ 22,41 miliar. Tempo/Tony Hartawan
Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.


BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

3 hari lalu

Buruh pelabuhan membongkar beras impor asal Thailand dari kapal kargo di Pelabuhan Boom Baru, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat 1 Maret 2024. Perum Bulog Kantor Wilayah Sumatera Selatan-Bangka Belitung mendapatkan pasokan beras impor sebanyak 42.000 ton beras dari Thailand, Vietnam, Myanmar yang akan didistribusikan ke dua provinsi yaitu Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung sebagai cadangan beras pemerintah untuk menjamin ketersediaan dan stabilitas harga.  ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.