TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan ikut menanggapi mengenai sektor minyak dan gas (Migas) yang seringkali dianggap sebagai salah satu sebab defisitnya neraca dagang. Jonan mengatakan, kondisi neraca dagang di sektor migas yang mengalami defisit tersebut harus dipahami secara lebih luas.
Baca juga: Ignasius Jonan: Daya Beli Masyarakat Tantangan Pembangunan Energi
"Misal ada yang tanya neraca perdagangan migas defisit ini, energi mau digunakan sebagai alat pembangunan atau sebagai komoditas untuk ekspor?" kata Jonan saat memberikan keynote speechnya dalam acara Forum Diskusi Energi untuk Kedaulatan Energi di Soehanna Hall, The Energy Building, Jakarta Selatan, Selasa 2 April 2019.
Selama ini, nilai impor migas di dalam neraca perdagangan tercatat selalu lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor. Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat sepanjang 2018 defisit migas mencapai US$ 12,4 miliar. Defisit ini melonjak 44,7 persen jika dibandingkan pada 2017.
Kendati demikian, pada Februari 2019 kemarin nilai impor migas tercatat mulai membaik. BPS mencatat pada Februari 2019 migas tercatat mengalami surplus sebesar US$ 330 juta. Nilai surplus ini disebabkan oleh menurunnya impor dan naiknya harga komoditas.
Jonan menjelaskan, salah satu sebab mengapa sektor migas seringkali defisit adalah banyaknya hasil gas alam digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Dia mengatakan jika saja semua hasil gas alam tersebut lebih banyak diekspor, maka neraca dagang yang defisit tersebut bisa diatasi.
"Gas itu 60 persen lebih untuk domestik yang diproduksi dari rata-rata 2100 mmdfc atau 2,1 miliar standar kubik feet sehari. Karena gas itu dipakai untuk produksi nasional, kalau diekspor semua pasti plus," kata Jonan.
Mantan Menteri Perhubungan ini mengatakan penggunaan gas alam yang lebih banyak dipakai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dibanding ekspor ini guna mendukung pertumbuhan industri. Penggunaan gas lebih besar di dalam negeri ini juga untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM).
Ignasius Jonan juga menuturkan dari sisi produksi minyak bumi juga terus mengalami penurunan akibat lapangan eksplorasi minyak yang sudah tua. Akibatnya, jumlah produksi minyak nasional menjadi berkurang hingga menjadi 700 ribu barel per hari sedangkan kebutuhan domestik sehari rata-rata mencapai 1,6 juta barel. Karena itu, pemerintah akan terus mencari penemuan atau cadangan minyak baru meski jumlahnya sejauh ini yang ditemukan masih cenderung kecil.