TEMPO.CO, Solo - Seiring makin dekatnya Pemilu, poduksi dan penyebaran berita bohong atau hoaks naik cukup tajam. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebut masyarakat pun mengalami kerugian karena pulsa lekas habis akibat mengkonsumsi hoaks.
Baca: Mesin AIS Kominfo Jaring 771 Hoax, Terbanyak Soal Politik
Pada pola komunikasi pada masa lalu, biaya selalu ditanggung oleh penelepon maupun pengirim pesan pendek. “Sedangkan saat ini pengirim pesan maupun penerima sama-sama membayar,” katanya di Solo, Sabtu 9 Marer 2019.
Menurut Rudiantara, saat ini masyarakat banyak berkomunikasi menggunakan paket data. Mereka berkirim informasi berupa teks, gambar serta video. Tidak jarang informasi yang dikirim merupakan kabar bohong atau hoaks.
“Setiap mengirim teks, gambar dan video, pulsa berkurang,” katanya. Demikian pula dengan penerima, pulsa mereka juga terus berkurang untuk pemakaian data lantaran menerima informasi berupa teks, gambar atau video.
Rudiantara menyarankan agar masyarakat tidak lagi menambah kerugian dengan ikut menyebarkan kabar yang belum jelas kebenarannya. “Lebih baik dihapus saja, sayangi pulsa kita,” kata dia.
Menjelang pemilihan umum, Rudiantara merinci bahwa selama Agustus 2018 hingga Februari 2019 kementeriannya telah memverifikasi dan memvalidasi 771 hoaks. "Dari jumlah tersebut, 181 diantaranya terkait dengan politik," kata dia.
Tahun lalu, Kementerian Kominfo berhasil melakukan verifikasi dan validasi sebanyak 25 hoaks pada Agustus tahun lalu. Lantas, pada September terdapat 27 hoaks, Oktober sebanyak 53 hoaks, November 63 hoaks dan Desember 75 hoaks.
"Pada Januari tahun ini jumlahnya meningkat tajam menjadi 175 hoaks. Sedangkan pada Februari jumlahnya berlipat menjadi 353 hoaks," kata Rudiantara.