TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keuangan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Sarwono Sudarto mengatakan audit mengenai kinerja keuangan perusahaan pelat merah itu akan rampung bulan ini.
Baca juga: Rini Soemarno Hentikan Oegroseno dari Komisaris Independen PLN
Dia mengatakan seperti halnya pada kondisi keuangan kuartal III 2018, PLN secara operasional bagus. "Hanya saja ada kurs, tetapi itu kan pembukaan yang masih unrealised, jadi belum nyata. Tetapi ketika kurs jadi bagus, kan bagus juga," kata Sarwono saat ditemui di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Senin, 4 Maret 2019.
Saat ditanya lebih lanjut, Sarwono belum bisa memastikan perkiraan audit tersebut keluar. "Insya Allah, insya Allah doakan saja," kata dia saat ditanya apakah PLN akan meraih laba.
Menurut Sarwono, PLN terus melakukan efisiensi. Salah satunya melihat konsumsi energi bagaimana setiap 1 kw output, berapa energi yang PLN pakai. Semakin sedikit yang PLN pakai, semakin efisien. Termasuk fuel mix, semakin sedikit, semakin efisien.
Pada kuartal III 2018, PLN merugi hingga Rp 18,46 triliun karena peningkatan beban operasi, terutama selisih nilai tukar. Berdasarkan laporan keuangan PLN pada kuartal III/2018 yang dirilis Selasa, rugi kurs mendominasi hingga Rp 17,32 triliun. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, kerugian dari selisih kurs hanya sebesar Rp 2,2 triliun.
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Sofyan Basir mengklaim arus kas perseroan masih kuat kendati PLN merugi Rp 18 triliun pada kuartal III 2018.
Sofyan mengatakan PLN mengalami kerugian dalam hal pembukuan, bukan secara operasional. "Kita secara usaha, secara operasional, itu untung. Oleh karena itu, likuiditas kuat, nggak ada masalah," kata Sofyan ditemui di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 31 Oktober 2018.
Sofyan menjelaskan PLN tidak rugi secara riil atau operasional, melainkan hanya rugi secara pembukuan. Menurutnya, kerugian secara pembukuan berbeda dibandingkan dengan kerugian operasional. Sofyan menegaskan arus kas PLN tidak terganggu.
BISNIS