TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan prospek ekonomi halal di Indonesia bisa bertumbuh baik. Menurut dia, ekonomi halal di Indonesia perlu dikembangkan, mengingat banyak negara sukses mendorong industri halal.
Simak: Ekonom: Bank Indonesia Perlu Tahan Suku Bunga Acuan, Sebab...
Menurut dia ada empat bidang ekonomi halal yang memiliki prospek yang baik. "Kuliner halal, fashion halal, dan juga tourism halal, dan juga tentu saja ke depannya terkait dengan kosmetika halal," kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis, 21 Februari 2019.
Menurut Perry, strateginya yang diperlukan untuk membangun ekonomi halal, salah satunya harus menciptakan ekosistem ekonomi halal. Ekosistem ekonomi halal, kata dia bisa bisa dilihat dan di mulai dari sisi sektor-sektor yang perlu dikembangkan tadi, seperti makanan, fashion, tourism, maupun juga kosmetika.
"Bisa juga dari sisi pelakunya. Ekosistemnya harus dikembangkan jadi ekonomi halal yang berbasis komunitas, apakah pesantren maupun komunitas muslim, ekonomi halal yang berbasis industri, apakah industri kelas menengah ataupun besar," kata dia.
Oleh karena itu, kata Perry, kebijakan-kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk mendukung ekosistem ekonomi halal. Baik melalui pengembangan ekonomi di komunitas, termasuk pesantren, maupun sinergi dengan Komite Nasional Keuangan Syariah dan berbagai pelaku industri untuk bagaimana mengembangkan industri halal.
Hal itu Perry sampaikan usai mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur atau RDG BI pada 20-21 Februari 2019. Rapat itu memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen. Perry meyakini bahwa tingkat suku bunga kebijakan tersebut konsisten dengan upaya memperkuan stabilitas eksternal, khususnya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan pada batas yang aman.
"Dan mempertahankan daya tarik aset domestik. BI juga terus menempuh operasi moneter untuk meningkatkan ketersediaan likuiditas dalam mendorong oembiayaan perbankan," kata Perry.
Ke depan, kata dia, Bank Indonesia akan menempuh kebijakan makro prudentsial akomodatif dan penguatan sistem pembayaran dalam rangka memperluas pembiayaan ekonomi.