TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis properti pada 2019 diprediksi bakal tumbuh tak lebih dari 6 persen. Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia Lukas Bong mengatakan pertumbuhan yang tak capai dua digit tersebut disebabkan karena adanya momentum pemilihan presiden (Pilpres) dan juga lebaran.
Simak: Tahun Politik, Rumah123: Harga Properti Masih Terjangkau
Industri properti, kata Lukas, baru akan pulih pada semester kedua setelah dua momentum tersebut selesai. "Harapannya pada semester 2 setelah Pilpres mungkin ada pada angka sekitar 6 persen. Tapi semuanya itu sangat tergantung dengan nanti hasil Pilpres," kata Lukas dalam acara Property Outlook 2019 yang digelar Rumah123.com di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis 24 Januari 2019.
Kendati demikian, Lukas mengatakan dirinya optimis momentum Pilpres tak akan berpengaruh banyak pada pertumbuhan industri properti. Apalagi tak ada aksi-aksi dari kegiatan kampanye yang menyebabkan adanya kegiatan turun ke jalan.
Senada dengan Lukas, Country General Manager Rumah123.com Ignatius Untung mengatakan industri properti juga hanya tumbuh satu digit di kisaran 5 persen. Angka ini cenderung lebih rendah dibandingkan pada 2018 yang bisa tumbuh hingga 7-8 persen.
Penjualan properti baru, kata dia, baru akan tumbuh pada semester kedua setelah momentum Pilpres dan lebaran rampung. "Orang mulai tahan-tahan semua di smester satu. Ini akan berat sekali. Semester dua baru mulai bergeliat, puncaknya diharapkan pada 2020," kata Untung.
Untung memprediksi meski tumbuh tak banyak, penjualan perumahan di segmen menengah ke bawah masih akan menggeliat. Terutama untuk penjualan rumah tapak di bawah Rp 1 miliar. Sedangkan apartemen di bawah Rp 800 juta diprediksi juga masih akan tumbuh.
Badan Kebijakan Fiskal atau BKF memprediksi industri properti tetap tumbuh stabil meski banyak rintangan. "Tapi stabilnya di level yang kurang menggembirakan. Di bawah rata rata pertumbuhan nasional," ujar Kepala Sub bidang Primer BKF Asep Nurwanda.
Menurut data BKF, pada 2018 pertumbuhan sektor properti tercatat berada di angka 3,4 persen. Angka ini tercatat berada di bawah target APBN secara umum yang dipatok sebesar 4,3 persen.
Lesunya sektor properti juga terlihat dari kontribusi sektor ini terhadap penerimaan pajak. Di sektor ini pertumbuhan penerimaan pajak pada 2018 turun 0,54 persen menjadi 6,62 persen dibanding 2017. Sepanjang 2018 realisasi penerimaan pajak dari sektor properti mencapai baru mencapai Rp 83,51 triliun.