TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan kondisi BUMN saat ini masih terbantu dengan merosotnya harga minyak dunia di kisaran US$ 50 per barel. "Sekarang harga minyak di sekitar US$ 50 per barel, kalau naik lagi tentu tekanan kepada PLN dan Pertamina akan cukup tinggi," ujar dia di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis, 17 Januari 2019.
Baca: Prabowo Sebut BUMN Bangkrut, Jokowi: Bicara Pakai Data
Kondisi keuangan BUMN itu, menurut Chatib, bisa ditolong dengan menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi maupun tarif listrik. Hanya saja, langkah itu mustahil dilakukan dalam waktu dekat lantaran saat ini Indonesia tengah memasuki masa-masa Pemilihan Umum 2019. "Saya sudah bilang dari dulu bahwa harga minyak harus dinaikkan."
Namun, dengan beban harga minyak dunia yang relatif rendah, posisi utang BUMN untuk saat ini masih aman ketimbang saat harga minyak US$ 70 per barel. "Sekarang kan sudah oke, cuma kan hidup kita tidak bisa bergantung dari harga minyak tinggi atau tidak, saya tidak bisa memprediksi harga minyak ke depan."
Namun demikian, Chatib melihat isu soal kondisi Badan Usaha Milik Negara ini lebih sensitif ketimbang utang yang kerap disinggung-singgung oleh oposisi. Ia mengaku tidak pernah khawatir soal kondisi utang Indonesia saat ini lantaran berdasarkan rasio terhadap Produk Domestik Bruto masih di kisaran 30 persen. "Kalau boleh sentuh isu yang agak sensitif saya justru khawatirnya sama BUMN," ujar Chatib.
Menurut dia, kondisi BUMN seperti Pertamina dan PLN, yang tidak boleh menaikkan tarifnya itu agak merepotkan karena di sisi lain, mereka harus membangun atau eksplorasi. Padahal, untuk melakukan eksplorasi atau membangun capex perusahaan mesti naik, sementara pemasukan tidak. "Kalau capex naik tapi income enggak ada harus pinjam uang kan, issue bond," kata Chatib.
Kalau perseroan-perseroan itu mengeluarkan surat utang, ia yakin investor akan menyambutnya. Sebab, mereka pasti menganggap perusahaan-perusahaan tersebut tidak akan tutup lantaran dijaga oleh pemerintah. "Ini yang jadi isu contingen liabilities, ini harus di-manage secara baik," ujar Chatib. "Tapi saya tidak melihat bahwa isu itu adalah isu yang membuat Indonesia jadi masalah."
Persoalan BUMN sebelumnya juga pernah diangkat oleh Calon Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto. Kritik soal BUMN itu dilontarkan Prabowo di hadapan para relawan Roemah Djoeang di Posko Roemah Djoeang, Jalan Wijaya I, Jakarta Selatan, Ahad, 13 Januari 2019. Kala itu ia membacakan pidato yang garis besarnya menyindir sikap para elite.
Baca: Prabowo Sebut BUMN Bangkrut, Menteri BUMN Rini Soemarno Merespons
Bermula dari membahas kondisi kesejahteraan masyarakat, Prabowo kemudian bercerita soal kondisi BUMN saat ini. Ia menyebut perseroan milik negara mulai bangkrut. "Kita lihat sekarang BUMN-BUMN milik negara, milik rakyat, kebanggaan kita, kebanggan kita satu-satu hancur, satu-satu bangkrut," kata dia. "Tanya aja itu, tanya Garuda, pilot-pilot. Tanya Pertamina, tanya PLN, tanya semua pabrik-pabrik milik negara."