TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menjawab kritik calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menyebut Badan Usaha Milik Negara satu per satu mulai bangkrut. "Bangkrut ya enggak, kondisinya masih wajar," ujar dia di Kantor Kemenko Kemaritiman, Senin, 14 Januari 2019.
Baca: Prabowo Samakan Ekonomi Indonesia dengan Rwanda hingga Ethiopia
Luhut tak menampik bahwa kondisi sejumlah BUMN memang masih perlu ada perbaikan. Namun, iya menyebut belum ada perusahaan pelat merah yang sampai hancur atau bangkrut seperti yang diceritakan Prabowo. "Itu terlalu dibesar-besarkan," ujar dia.
Sebelumnya, kritik soal BUMN itu dilontarkan Prabowo di hadapan para relawan Roemah Djoeang di Posko Roemah Djoeang, Jalan Wijaya I, Jakarta Selatan, Ahad, 13 Januari 2019. Kala itu ia membacakan pidato yang garis besarnya menyindir sikap para elite.
Bermula dari membahas kondisi kesejahteraan masyarakat, Prabowo kemudian bercerita soal kondisi BUMN saat ini. Ia menyebut perseroan milik negara mulai bangkrut. "Kita lihat sekarang BUMN-BUMN milik negara, milik rakyat, kebanggaan kita, kebanggan kita satu-satu hancur, satu-satu bangkrut," kata dia. "Tanya aja itu, tanya Garuda, pilot-pilot. Tanya Pertamina, tanya PLN, tanya semua pabrik-pabrik milik negara."
Atas isi pidato tersebut, Luhut juga meminta agar kritik yang disampaikan disertai dengan data. Pasalnya, menurut dia, pihak-pihak yang melontarkan kritik kepada pemerintah acapkali tidak disertai dengan data yang valid.
"Kalau saya minta datang kemari untuk bicara data kan enggak ada yang berani. Data jangan dimanipulasi," kata Luhut. Ia pun berpesan kepada masyarakat, khususnya anak muda, agar tidak berbohong. Termasuk, pesan itu juga ia titipkan kepada para awak media.
"Saya titip anak muda agar jangan berbohong, kalau enggak bisa ngomong diam saja asal jangan bohong," tutur bekas Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan itu. "Selain itu, media juga jangan masukkan berita bohong. Karakter itu penting."
Salah satu perusahaan yang disebut Prabowo, PT Garuda Indonesia(Persero) Tbk. memang masih mencatatkan kerugian sebesar US$ 114 juta atau sekitar Rp 1,65 triliun pada Semester I 2018. Meski, Dibandingkan periode yang sama tahun 2017, jumlah kerugian Garuda Indonesia turun yaitu dari US$ 284 juta atau sekitar Rp 4,11 triliun.
Adapun PLN merugi hingga Rp 18,46 triliun pada kuartal III 2018 karena peningkatan beban operasi, terutama selisih nilai tukar. Berdasarkan laporan keuangan PLN pada kuartal III/2018 yang dirilis Selasa, rugi kurs mendominasi hingga Rp 17,32 triliun. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, kerugian dari selisih kurs hanya sebesar Rp 2,2 triliun.
Baca: Prabowo tentang Ekonomi Rakyat Pas-pasan, Ini Data Credit Suisse
Selama kampanye, calon presiden Prabowo tak jarang mengkritik kinerja pemerintahan Jokowi khususnya di bidang perekonomian. Mulai dari tingkat kemiskinan, ketimpangan, pengangguran, utang pemerintah, pertumbuhan ekonomi dan lain-lain.
BUDIARTI UTAMI