TEMPO.CO, Jakarta -Distribusi bantuan untuk korban tsunami Selat Sunda tidak hanya melalui darat. Kementerian Perhubungan menyiapkan sejumlah sarana udara dan laut untuk mengangkut bantuan tersebut.
Baca juga: 5 Fakta Tsunami Selat Sunda: Dari Erupsi - Longsor Bawah Laut
"Akses jalan daratnya hanya satu yang biasa digunakan sehari-hari. Karena itu, Kemenhub memberikan solusi dengan menyediakan jalur lain yaitu melalui udara dan laut," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam keterangan tertulis, Senin, 24 Desember 2018.
Menurut Budi, kedua jalur itu dapat digunakan untuk pengangkutan barang baik logistik makanan, kesehatan maupun material. Melalui jalur udara, kata Budi, pesawat jenis caravan mendarat di bandara perintis Tanjung Lesung. "Kira-kira kapasitasnya untuk 12 orang dan muatan barang sekitar satu sampai dua ton. Jadi pendistribusian obat-obatan bisa langsung ke sana," kata dia.
Sedangkan melalui jalur laut, Kemenhub menyiapkan kapal milik pemerintah. "Kami sediakan kapal dari Pelabuhan Merak. Perjalanannya cukup lama tetapi kapasitas besar, bisa mengangkut muatan sampai 20-30 ton. Kami sudah siapkan tim dan ada salah satu direktur kami yang bersiaga untuk mengkoordinasikan barang-barang tersebut," kata Budi.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan R. Agus H Purnomo mengatakan, sarana dan prasarana pelabuhan Banten tidak terdampak bencana tsunami. "Operasional pelabuhan tetap berjalan normal dan para petugas meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya bencana akibat cuaca buruk," kata Agus dalam keterangan tertulis di Serang, Minggu, 23 Desember 2018.
Agus menambahkan bahwa Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Banten dan Pangkalan Penjagaan Laut dan Panti Kelas I Tanjung Priok disiapsiagakan untuk memantau dan memberikan bantuan kepada korban tsunami Selat Sunda. "Petugas kami siap dan kapal patroli disiagakan."
ANTARA