TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) belum berencana untuk meningkatkan persentase pembiayaan atau kredit untuk kelompok Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Saat ini, persentase yang dicapai oleh Mandiri Syariah adalah sebesar 20,79 persen, atau lebih besar dari syarat yang diwajibkan Bank Indonesia yaitu 20 persen untuk semua bank.
Simak: Beli dari UMKM, Sandiaga Pakai Rompi ala Gatot Kaca
"Kami masih pertahankan segitu dulu," kata Direktur Keuangan dan Strategi Mandiri Syariah, Ade Cahyo Nugroho selepas konferensi pers kinerja keuangan triwulan III di Wisma Mandiri I, Jakarta Pusat, Kamis, 8 November 2018.
Pada triwulan III 2018, Mandiri Syariah masih mencatat pertumbuhan pembiayaan sebesar 11,11 persen year-on-year (yoy), dari Rp 58,72 triliun menjadi Rp 65,24 triliun. Angka ini juga lebih besar ketimbang total pembiayaan sepanjang 2017 yang hanya Rp 60,69 triliun.
Hanya saja, dari angka Rp 65,24 triliun ini, pertumbuhan pembiayaan segmen mikro hanya 4,39 triliun atau sekitar 6,7 persen saja. Pertumbuhan segmen mikro pada triwulan III 2018 juga hanya 3,84 persen, lebih rendah dari segmen konsumer yang tumbuh paling tinggi 28,65 persen dan retail 15,43 persen.
Senior Executive Vice President of Retail Banking Mandiri Syariah, Niken Andonowarih, mengatakan porsi pembiayaan UMKM sebenarnya tersebar di segmen lain, tidak hanya segmen mikro semata. Segmen lain itu termasuk retail maupun business banking. Tapi pembiayaan segmen business banking ini di triwulan III 2018 ternyata menurun 7,16 persen, dari Rp 9,2 triliun menjadi Rp 8,6 triliun.
Walau demikian, proporsi kredit bagi UMKM di Mandiri Syariah ini jauh lebih baik ketimbang capaian sejumlah bank yang lebih besar. Sebut saja PT Bank Central Asia (Persero) Tbk yang baru mencapai rasio kredit UMKM 12 sampai 13 persen, melebihi kredit korporasi yang sudah 30 persen. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja perseroan cukup sulit memenuhi ketentuan tersebut karena harus menggenjot kredit infrastruktur yang notabene merupakan kredit korporasi.
Direktur Utama Mandiri Syariah Toni Eko Boy Subari memastikan perusahaan tetap berkomitmen untuk mengembangkan sektor UMKM Indonesia melalui peningkatan porsi pembiayaan. Hanya saja, angka 20,79 persen masih dipertahankan lantaran Mandiri Syariah tengah mengembangkan pembiayaan ini melalui bisnis model klaster. "Untuk mengarah ke situ, kami hubungkan dengan program peduli mitra umat, atau desa pengembangan ternak kambing dan sapi," kata dia.
Konsep ini telah dimulai di Desa Rejo Asri, Seputih Raman, Lampung Tengah, sejak akhir Oktober 2018 melalui Program Desa Berdaya Sejahtera Mandiri.Program ini menyasar sektor pertanian dengan memberdayakan kelompok-kelompok tani melalui pengembangan klaster usaha agribisnis.
Sebanyak 100 petani yang menjadi penerima manfaat dari program ini akan mengembangkan pola pertanian ramah lingkungan dengan lahan seluas 25 Hektare dari total luas lahan pertanian di lokasi program seluas 670 Hektare. Mandiri Syariah pun menggelontorkan biaya sebesar Rp3,7 miliar dengan untuk program yang berlangsung selama 2 tahun tersebut.
Simak berita tentang UMKM hanya di Tempo.co
FAJAR PERBRIANTO | BISNIS