TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bulog Budi Waseso kembali melontarkan pernyataan kontroversial. Dia mengancam akan menindak spekulan beras. Sekain itu, Budi Waseso juga mengatakan semestinya sebagai pria ia lebih tegas dibandingkan Menteri Susi Pudjiastuti. Bila tak sanggup memimpin Bulog, Budi bahkan melontarkan pernyataan bersedia dikebiri.
Sebelum mengepalai Bulog, Budi Waseso berulang kali menjadi bahan pemberitaan. Berikut rangkumannya:
1. Cicak vs Buaya
Kalimat Cicak vs Buaya sebetulnya merebak dalam perseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepolisian RI. Pada 2009, KPK menyelidiki dugaan suap pada pencairan dana simpanan nasabah Bank Century, Budi Sampoerna, kepada Kepala Badan Reserse Kriminal Komisaris Jenderal Susno Duadji. Wakil Ketua KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah, dijadikan tersangka penyalahgunaan wewenang, yang kemudian dikenal dengan istilah "Cicak Vs Buaya".
Istilah itu berlanjut. Pada 2015, KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka kasus dugaan suap dan gratifikasi. Budi Waseso yang saat itu baru diangkat menjadi Kabareskrim Polri, gantian menetapkan Bambang Widjojanto yang saat itu menjabat pimpinan KPK sebagai tersangka. Bambang disangka mengarahkan saksi memberikan keterangan palsu di sidang Mahkamah Konstitusi pada 2010. Peristiwa itu dikenal dengan istilah Cicak vs Buaya jilid III.
2. Buaya Penjaga Tahanan Narkoba
Saat memimpin Badan Narkotika Nasional, Budi Waseso mengusulkan buaya yang akan menjadi sipir tahanan narkoba. Dia geram dengan maraknya peredaran narkoba di Indonesia. “Buaya tidak bisa disogok, tidak bisa disuap,” katanya saat itu.
Budi Waseso serius dengan ide sipir buaya. Dia mengunjungi penangkaran buaya di Medan, Asam Kumbang, yang dihuni ribuan buaya. Ia juga berencana pergi ke tempat yang sama di Sulawesi dan Papua. “Saya akan mencari buaya paling buas,” katanya. Buaya-buaya itu akan ditempatkan di sebuah kolam yang di tengah-tengahnya berdiri penjara narkoba. Jadi, para tahanan yang mencoba kabur akan dicaplok buaya.