TEMPO.CO, Mataram - Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan memimpin rapat kordinasi Percepatan Normalisasi Pariwisata Pasca Bencana Gempa Lombok di Gili Trawangan, Ahad siang, 16 September 2018. Berlangsung selama dua jam, ia sempat berjalan kaki dan naik cidomo dari helipad menuju lokasi acara di pantai timur Gili Trawangan.
Baca juga: Luhut Resmikan Pusat Komando Pengamanan IMF-World Bank Meeting
Tiga hal yang menjadi perhatiannya terhadap pulau wisata internasional Gili Trawangan. yaitu sampah, jalan, dan dermaga. ''Begitu hebatnya pulau ini. Saya tidak pernah bayangkan,'' katanya sewaktu berbicara setelah mendengar paparan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi dan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Selain itu hadir pelaku usaha wisata di NTB.
Ia yang menilai sistem penanganan sampah yang jelek di sana akan menambah penyediaan lahan baru seluas tiga hektare untuk kapasitas pengolahan 10 ton sampah setiap harinya. Selain itu juga menjanjikan penyediaan dermaga yang baik karena yang tersedia di sana disebutnya tidak memenuhi syarat. ''Di sini perlu jetty yang baik. Yang ada tidak memenuhi syarat. Sudah saya hubungi Menteri Perhubungan, November mendatang dibangun,'' ujarnya.
Ia juga meminta untuk melakukan penataan rumah penduduk agar tetap menarik wisatawan tetapi harus pula menyaring kunjungan wisatawan. Menurutnya, fasilitas umum perlu ditata agar menarik wisatawan seperti yang dilakukan Banyuwangi.
Banyuwangi disebut sukses memanfaatkan bantuan pemerintah Rp 80 miliar untuk menata fasilitas umum. Sedangkan Kawasan Mandalika Lombok menerima bantuan pemerintah Rp 250 miliar tetapi fasilitas umumnya belum memuaskan. Luhut juga meminta pembangunan kembali dua masjid di pulau Gili Trawangan.
Sebelumnya Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebutkan pariwisata nasional kehilangan potensi kunjungan wisatawan. Mungkin tidak besar di Lombok, kata dia, tetapi dirasakan di Bali karena orang tidak tahu Lombok. ''Tahunya orang luar itu Indonesia sebagaimana orang mengenal antara Birmingham atau Inggris. ''Terjadi cancel kunjungan,'' ucapnya.
Menurut Arief, selama sebulan terakhir mulai dari 6 Agustus pasca gempa kedua hingga 6 September 2018 sekitar 100.000 wisatawan mancanegara yang membatalkan kunjungannya. Potensi kehilangan kunjungan melalui Bandara Internasional Lombok adalah 10.000 orang, Bandara Ngurah Rai 80.000 orang dan pintu lain 10.000 orang. Jadi keseluruhannya secara nasional adalah 100.000 orang.
Dampak ekonomi yang terjadi sebesar US$ 100 juta dengan asumsi seorang wisatawan mancanegara mengeluarkan US$ 1.000 per kunjungan. Kerugian terbesar di Gili adalah rusaknya terumbu karang dan jalur pendakian Rinjani.
Arief akan bersurat ke Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi agar dilakukan penyediaan fasilitas pelabuhan Teluk Nara, dan dermaga lain. juga surat agar MICE diselenggarakan di sini. Target pemulihan paling lama tiga bulan. Juga minta perhatian KLHK mengenai jalur pendakian Rinjani.
Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi menyatakan akan mempercepat perbaikan pelabuhan jalan dan jembatan. Bandara juga telah dilakukan assesment.
Bupati Kabupaten Lombok Utara Najmul Akhyar mengatakan Gili Trawangan adalah aset nasional. Pendapatan asli daerah Lombok Utara dari kawasan Gili Trawangan dan sekitarnya Rp 54,2 miliar. ''Mohon bantuan pusat ikut mengintervensi,'' ujarnya.
Pemilik Hotel Nusantara di Sembalun Hugeng Angkosojoyo mengharapkan Luhut Pandjaitan juga peduli Desa Sembalun yang ratusan warganya bekerja sebagai porter dan pemandu pendakian ke Rinjani. ''Akibat gempa, sampai saat ini jalur pendakian yang rusak ditutup,'' katanya.