TEMPO.CO, Jakarta - Merespons gempa Lombok yang terjadi beberapa waktu lalu, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan industri baja lapis mengirim 20 ton baja lembaran ke Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal ini dilakukan untuk menstabilkan harga dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Baca: Pendapatan Krakatau Steel Naik 7,76 Persen pada 2017
Direktur Marketing PT Krakatau Steel Purwono Widodo menuturkan pihaknya berkolaborasi dengan beberapa pabrikan baja lapis dan distributor KS, seperti PT Fumira, PT Inti Sumber Baja Sakti, serta PT Kepuh Kencana Arum dari PT Sunrise Group, untuk menyediakan baja lapis.
Purwono menyebutkan tambahan pasokan ini bersifat bantuan. Pada saat yang sama, KS melalui jaringannya juga menambah pasokan bagi wilayah terdampak bencana ini.
Baca: Krakatau Steel Khawatir Indonesia Banjir Impor Baja Paduan Cina
"Jumlahnya 7.500 lembar baja lapis yang akan disalurkan kepada Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk digunakan sebagai material atap baja ringan,” kata Purwono, di Jakarta, Jumat, 24 Agustus 2018.
Material baja ini, kata Purwono, mulai diberangkatkan pada Kamis lalu menggunakan pesawat Airbus A400M Atlas. Pesawat ini merupakan bantuan dari pemerintah Prancis dalam penanggulangan bencana Lombok.
Purwono menjelaskan, pada saat awal bencana terjadi, harga baja lembaran untuk atap sempat melonjak karena banyak agen dan toko besi yang tutup atau rusak akibat gempa. PTKS bersama distributor segera berkoordinasi dengan agen-agen di Lombok untuk menurunkan harga tersebut.
"Secara paralel para distributor juga menyiapkan pasokan baja lembaran dari stok di gudang-gudang di Surabaya. Upaya ini telah berhasil menurunkan dan mengembalikan harga baja lembaran," kata Purwono.
Secara umum PT Krakatau Steel (Persero) Tbk menargetkan dapat menjual 2,8 juta ton baja hingga akhir 2018. Direktur Utama Krakatau Steel Mas Wigrantoro Roes Setiyadi menuturkan target ini naik 40 persen dibandingkan dengan target 2017.
Pihaknya akan bekerja keras untuk merealisasi target penjualan baja PT Krakatau Steel ini sehingga di akhir tahun perusahaan dapat mencatatkan laba. "Jika tahun ini laba, tahun-tahun mendatang lebih mudah menjaganya," kata Mas Wigrantoro.
BISNIS