TEMPO.CO, Jakarta - Krisis ekonomi yang melanda Turki turut menekan laju saham emiten pelat merah yang melantai di Bursa Efek Indonesia pada penutupan sesi pertama perdagangan, Senin, 13 Agustus 2018. Seperti dikutip dari Bisnis.com, krisis Turki membuat harga saham sejumlah emiten induk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terkoreksi lebih dari 5 persen pada penutupan sesi pertama perdagangan.
Baca: Krisis Turki, Hubungan Dagang Turki dan Indonesia Terimbas?
Saham BMRI misalnya, mengalami koreksi 6,80 persen atau 500 poin ke level Rp 6.850 per saham. Selanjutnya, saham BBNI melemah 6,58 persen atau 525 poin atau Rp 7.450 per saham. Adapun, saham PGAS juga terkoreksi 6,19 persen atau 120 poin ke level Rp 1.820 per saham.
Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas menjelaskan bahwa pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) masih tertekan isu krisis ekonomi Turki. Pasalnya, negara itu merupakan emerging economy sehingga beberapa fund manager asing melakukan panic selling.
“Semua (sektor saham) kena, kalau saham kapitalisasi besar memang lebih banyak fund manager yang pegang jadi sensitifitasnya paling tinggi terhadap kondisi ekonomi,” ujarnya saat dihubungi, Senin, 13 Agustus 2018.
Di sisi lain, Frederik mengatakan yield surat utang negara (SUN) 10 tahun terus meningkat ke level 7,86 persen. Kondisi tersebut menekan nilai tukar rupiah sehingga memberikan sentimen yang buruk kepada investor asing.
Baca: Ekonom: Krisis Keuangan Turki Mirip Krisis Thailand 1997
Pada sesi pertama perdagangan, Senin, 13 Agustus 2018, pergerakan indeks ditutup melemah 3,29 persen atau 200,130 ke level 5.887,043. IHSG langsung meluncur bergerak di zona merah sejak pembukaan perdagangan hari ini.
BISNIS
Simak berita lainnya tentang krisis Turki di Tempo.co.