TEMPO.CO, Jakarta - Nilai mata uang lira milik Turki terus melemah dan memunculkan indikasi bahwa negara tersebut mulai memasuki krisis keuangan. Lalu apakah krisis ini akan berimbas pada ekonomi Indonesia?
BACA: Ekonom: Krisis Keuangan Turki Mirip Krisis Thailand 1997
Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan dalam laman resminya menyebutkan hubungan perdagangan antara Turki dan Indonesia tidaklah terlalu besar bahkan terus menurun. Sejak 2013, Indonesia terus menikmati surplus perdagangan dengan Turki.
Pada 2013, total nilai perdagangan kedua negara hanya mencapai US$ 2,8 miliar setara Rp 40,3 triliun. Angka ini terus menurun pada 2017 menjadi hanya US$ 1,7 miliar setara Rp 24,4 triliun atau berkurang hingga US$ 900 juta hanya dalam waktu empat tahun lima tahun saja.
Di 2017, ekspor Indonesia ke Turki, yang seluruhnya merupakan produk nonmigas, mencapai US$ 1,16 miliar. Angka ini lebih besar daripada impor yang hanya US$ 534 juta. Sehingga, surplus neraca perdagangan yang didapat Indonesia terus naik dari US$ 221 juta pada 2013 menjadi US$ 634 juta pada 2017.
BACA: Krisis Turki Diprediksi Pengaruhi Kurs Rupiah Pekan Depan
Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Turki ini sangat kecil, hanya 0,7 persen dari keseluruhan ekspor nonmigas Indonesia yang mencapai US$ 153 miliar. Sementara impor nonmigas sebesar US$ 311 juta juga jauh lebih kecil yaitu hanya 0,2 persen dari keseluruhan impor nonmigas Indonesia pada 2017 sebesar US$ 132 miliar.
Akibat kondisi ini, kedua negara akhirnya sepakat untuk meningkatkan kerja sama guna mengembalikan tren positif perdagangan dan investasi. Kesepakatan kerja sama itu diperkuat melalui negosiasi Indonesia-Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement (IT-CEPA). "Kami ingin mengurangi hambatan perdagangan dan menciptakan iklim investasi yang kondusif," kata Presiden Joko Widodo dalam siaran pers, Jumat, 7 Juli 2017.
Usai adanya kesepakatan ini, barulah nilai perdagangan kedua negara mulai meningkat hingga lima bulan pertama 2018. Total perdagangan pada Januari hingga Mei 2018 antara Turki dan Indonesia mencapai US$ 835 juta atau meningkat 28 persen. Sebab, di periode yang sama tahun 2017 lalu, nilainya baru mencapai US$ 650 juta.
ADITYA BUDIMAN