TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika meminta operator memenuhi kebutuhan layanan telekomunikasi pasca gempa Lombok pada Sabtu pagi lalu, 28 Juli 2018.
Baca juga: Pasca- Gempa Lombok, Anggota Kopassus Cari Pendaki Gunung Rinjani
Pelaksana Tugas Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kominfo Noor Iza mengatakan gempa berkekuatan 6,4 skala ritcher itu mengakibatkan sebagian kecil Base Transceiver Station (BTS) milik operator telekomunikasi sempat tidak bisa digunakan karena permasalahan pasokan aliran listrik yang terputus. Walau, pada sore hari yang sama seluruh BTS bisa kembali dipergunakan.
Baca juga: Pendaki Gunung Rinjani Tewas Sewaktu Turun Pendakian
"Kebutuhan komunikasi pascagempa bumi memerlukan perhatian dan penanganan secara khusus," ujar Noor Iza dalam keterangan tertulis kepada Tempo, Senin, 30 Juli 2018.
Musababnya, Noor iza menyebut ada potensi perubahan pola komunikasi dan kebutuhan peningkatan kapasitas pada area-area tertentu yang menjadi titik kumpul warga atau pengungsi. Selain itu, komunikasi juga dibutuhkan untuk kelancaran penanganan dan pemulihan pascagempa bumi.
Adapun Noor Iza mengatakan saat ini operator telekomunikasi tengah berupaya melakukan sejumlah langkah pemulihan, antara lain mobilisasi genset ke area terdampak gempa bumi untuk mendukung operasional BTS. lalu, mengantisipasi kebutuhan mobile combat BTS untuk kebutuhan komunikasi di area lokasi pengungsian.
Para operator juga mesti melakukan setting jaringan untuk penigkataan kapasitas layanan suara (voice) untuk mengantisipasi lonjakan traffic voice. "Mereka juga terus meningkatkan kemampuan jangkauan wilayah layanan LTE (penguatan sinyal) untuk mendukung posko penanganan dan pemulihan pascagempa bumi," ujar Noor Iza.
Terakhir, para operator telekomunikasi juga harus melakukan pengujian lapangan terhadap peningkatan kemampuan jaringan di atas dan jaringan lokasi terdampak gempa Lombok.