TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi, 2 Juli 2018, bergerak melemah lima poin menjadi Rp 14.335 dibanding posisi sebelumnya Rp 14.330 per dolar AS.
"Pelaku pasar masih mencermati perkembangan dari potensi terjadinya perang dagang antara AS dan Tiongkok sehingga permintaan akan mata uang 'safe haven' masih lebih besar," kata analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Baca juga: Sri Mulyani Jelaskan Soal Nilai Tukar Rupiah yang Melemah
Reza menuturkan, pelaku pasar tengah menantikan sentimen dari dalam negeri terutama rilis data-data ekonomi di awal bulan.
Dari dalam negeri sendiri belum ada sentimen terbarukan selain dari kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang memang ditunggu pelaku pasar.
Lihat pula: Menteri Keuangan Sri Mulyani Sebut Ini Cara Agar Neraca Perdagangan Tak Defisit
Adanya pernyataan Menko Perekonomian, Darmin Nasution, bahwa kenaikan tersebut mengikuti perkembangan global yang ada dan antisipasi terjadinya "capital outflow" cukup direspons positif.
"Di sisi lain, pergerakan Euro yang menguat setelah adanya kesepakatan terkait imigran turut diharapkan berimbas positif pada pergerakan rupiah," ujar Reza.
Sebelumnya, meski laju suku bunga acuan telah dinaikkan sebesar 50 basis poin atau sesuai dengan keinginan pasar untuk meredam pelemahan rupiah lebih dalam, hal tersebut tidak banyak berimbas pada pergerakan rupiah yang naik tipis.
Adapun nilai tukar rupiah diestimasikan akan bergerak dengan kisaran 'support' Rp14.368 per dolar AS dan resisten Rp14.295 per dolar AS.