TEMPO.CO, Jakarta - Kenaikan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia semakin dekat. Sejumlah ekonom memprediksi suku bunga akan segera beranjak dari posisinya saat ini di level 4,25 persen. Bank Indonesia hari ini mengumumkan keputusan nasib bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate setelah menjalani rapat dewan gubernur (RDG) dan mengevaluasi perkembangan indikator perekonomian domestik sebulan terakhir.
“Kenaikannya kemungkinan sekitar 25 basis poin (bps), tidak akan terlalu agresif karena ini lebih diprioritaskan bisa menahan investor di dalam negeri, bukan untuk menarik investor portofolio yang sudah lebih dulu keluar seperti di pasar saham,” ujar Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual, kepada Tempo, Rabu 16 Mei 2018.
Simak: Perbankan Yakini Bank Indonesia Akan Naikkan Suku Bunga
Dia menuturkan kenaikan bunga acuan tak dipungkiri dapat berlanjut, tergantung pada perkembangan perekonomian global dan tingkat inflasi. Terlebih, sejumlah negara-negara berkembang lainnya seperti Brazil dan Malaysia telah beberapa kali menaikkan suku bunganya. “Ini penting supaya BI jangan behind the curve, khawatirnya kalau dinanti-nanti kenaikannya sekalinya naik langsung tinggi,” katanya.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan keyakinan yang sama, bahwa bulan ini bunga acuan akan naik ke level 4,50 persen. Kenaikan bunga acuan susulan diprediksi kembali terjadi pada Juni nanti, untuk mengantisipasi kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed). “Naik lagi 25 bps, jadi sampai akhir tahun bisa di level 4,75 persen,” ucapnya.
Menurut dia, selain faktor global, keputusan itu akan banyak dipengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri, seperti defisit neraca perdagangan yang terancam melebar, di mana terakhir mencapai US$ 1,63 miliar. “Pertumbuhan ekonomi masih stagnan, konsumsi rumah tangga juga melambat, jadi fungsi kenaikan bunga acuan adalah agar menarik investasi asing,” katanya.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal di satu sisi mengingatkan Bank Indonesia agar berhati-hati dalam menaikkan bunga acuan. “Kalau terlalu tinggi bisa blunder ke pertumbuhan ekonomi, penyaluran kredit ke sektor riil bisa terhambat,” katanya.
Sementara itu, ketegangan pasar mereda sesaat menjelang pengumuman nasib bunga acuan dari bank sentral. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kemarin bergerak cenderung stagnan. Setelah dibuka pada level 5.785,510, IHSG pada penutupan naik tipis 0,06 persen ke level 5.841,464. Sedangkan, nilai tukar rupiah di pasar spot, seperti dilansir Reuters tertahan di posisi 14.088 per dolar AS, melemah tipis 0,41 persen dari penutupan hari sebelumnya. Dan berdasarkan kurs tengah JISDOR, rupiah kemarin berakhir di level 14.094 per dolar AS.
Ekspektasi kenaikan bunga acuan juga turut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. “Saya berharap Bank Indonesia dalam rapat dewan gubernur bulanannya akan me-review suku bunga,” ujarnya. Dia berharap, dengan kenaikan tersebut laju pelemahan rupiah akan tertahan. Menurut Darmin, kenaikan itu juga tak perlu direspon berlebihan. Sebab, kenaikan bunga acuan belum tentu akan terus berlanjut. “Kalau suku bunga naik, tidak berarti akan naik terus-terusan, satu dua bulan ke depan kan bisa lain lagi ceritanya,” ucapnya.
GHOIDA RAHMAH | VINDRY FLORENTIN