TEMPO.CO, Jakarta - PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta membutuhkan 320 karyawan untuk tenaga pelaksana operasi dan pemeliharaan. Hingga saat ini, sudah ada 41 calon masinis (operasi) dan 68 tenaga untuk divisi pemeliharaan.
"Belum semua terekrut karena ada keterbatasan di diklat untuk menerima pegawai maksimal," kata Kepala Divisi Railway Operations PT MRT Jakarta Mega Tarigan usai konferensi pers di kantornya, gedung Wisma Nusantara, Jakarta Pusat, Rabu, 18 April 2018.
Baca: Tarif Kereta MRT Jakarta Harus Ditetapkan Desember 2018
Menurut Mega, perekrutan dibuka pada April-Desember 2018. Total perkembangan kesiapan operasi dan pemeliharaan per 13 April 2018 sebesar 50,55 persen.
Dari persentase, persiapan persiapan institusi sudah 72,33 persen. Sementara persiapan sumber daya manusia baru mencapai 26,95 persen.
Baca Juga:
Mega mengatakan, kesiapan sumber daya manusia yang menyentuh angka 100 persen ditargetkan mendekati awal operasional kereta MRT di Maret 2019. Sebab, seluruh sumber daya manusia, baik operasi atau pemeliharaan harus tersertifikasi.
Pegawai bidang operasi tidak dapat memperoleh sertifikasi dalam waktu dekat. Penyebabnya karena kementerian perhubungan mensyaratkan tenaga operasi memiliki pengalaman praktik di lintas MRT sebelum mengajukan sertifikasi.
Praktik itu tak bisa dilakukan sekarang lantaran proyek MRT masih dalam proses konstruksi. Setelah konstruksi selesai, lanjut Mega, akan ada uji coba operasi selama tiga bulan. "Di situlah dia praktik menjalankan kereta di lintas MRT," ujar Mega.