TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri Jababeka Group, Setyono Djuandi Darmono, menyatakan konsep pariwisata halal berpotensi besar bila serius diimplementasikan di Indonesia. Sebab, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.
"Kalau digarap di Indonesia, bagus, karena di sini mayoritas orang Islam yang semuanya mau halal," kata Setyono seusai diskusi Ngobrol Tempo di Menara Batavia, Jakarta, Selasa, 27 Maret 2018.
Menurut Setyono, salah satu aspek yang bisa dijual adalah budaya Indonesia. Setelahnya baru alam. Setyono berpendapat sia-sia jika Indonesia memiliki alam yang indah, tapi sumber daya manusianya tidak ramah. Padahal penduduk Indonesia terkenal dengan budaya ramah-tamah yang ada sekitar 700 suku di Indonesia.
"Jadi konsep kita harus menjual budaya," ujar Setyono.
Setyono mengatakan nilai investasi di bidang pariwisata bisa mencapai Rp 9 triliun. Melihat potensi yang ada, dia meyakini, pariwisata Indonesia akan menempati posisi pertama suatu saat nanti.
Simak: Arief Yahya: Investasi Pariwisata Memang Kecil
Sebelumnya, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan, sektor pariwisata telah menjadi penyumbang devisa nomor dua. Hal itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2017. Padahal sektor ini masih berada di peringkat keempat pada 2015.
CEO Goodway Vacation Club Andrew Soejanto mengatakan pariwisata halal menjadi salah satu opsi bagi pebisnis startup di sektor pariwisata. Pihaknya akan menyediakan jasa wisata halal bila ada permintaan. Salah satu penerapan wisata halal dengan menyajikan beragam menu makanan halal.
"Tapi sekali lagi, menurut saya itu hanya satu aspek dari liburan dan kita sebenarnya tidak mau khusus di satu tipe ataupun satu arah karena kita mau menggambarkan ke semua orang," ucap Andrew.
Hingga Desember 2016, Indonesia meraih 12 dari 16 kategori pariwisata halal dalam acara World Halal Tourism Award 2016 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Menteri Pariwisata Arief Yahya memprediksi pasar wisata halal dunia akan tumbuh menjadi US$ 180 miliar pada 2020. Adapun posisi hingga Desember 2016 sebesar US$ 116 miliar.