TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menyatakan pemerintah akan menambah pembangunan infrastruktur permukiman di Kabupaten Asmat, Papua. Salah satunya fasilitas untuk menampung ketersediaan air bersih, yang menjadi kebutuhan utama masyarakat Asmat.
“Daerah ini merupakan daerah rawa sehingga air perlu diolah agar layak dikonsumsi,” kata Basuki seperti tertulis dalam rilis yang diterima Tempo, Jumat, 16 Maret 2018.
Baca: 10 Persen Anggaran Kemenhub untuk Infrastruktur Papua
Basuki memaparkan, Kementerian PUPR memiliki matriks kegiatan pembangunan infrastruktur di Asmat, baik jangka pendek maupun menengah. Rencananya, pemerintah hendak membangun infrastruktur air bersih, sanitasi, jembatan, perbaikan jalan kampung, bedah rumah, dan pembangunan permukiman baru.
Untuk infrastruktur air bersih, telah tersedia embung berkapasitas 1.000 meter kubik di kawasan Asmat. Namun, menurut Basuki, hanya menampung 1.000 meter kubik air saja tidak cukup. Karena itu, kata dia, pemerintah akan membangun sembilan embung dengan kapasitas lebih besar. “Selain itu, sumber air melalui sumur bor juga ditambah,” ujarnya.
Hingga saat ini, baru ada satu sumur bor. Lima sumur bor akan ditambah dengan kedalaman 150-200 meter. Anggarannya mencapai Rp 6 miliar.
Masih fokus meningkatkan kualitas air bersih, pemerintah akan mengembangkan layanan air minum perpipaan. Caranya, menambah sistem penyediaan air minum (SPAM) di distrik Atsy dan Sawaerma, Kabupaten Asmat, dengan kapasitas lima liter per detik. Alokasi anggarannya Rp 2 miliar.
Saat ini, kota Agats memiliki SPAM berkapasitas 10 liter per detik, yang melayani 230 sambungan rumah. Tahun ini, menurut Basuki, SPAM di kota Agats akan direhabilitasi. Pembangunan SPAM akan bertambah sebanyak 24 unit dengan kapasitas satu liter per detik. “Dengan nilai (anggaran) Rp 39,7 miliar melalui kegiatan Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat),” ucap Basuki.
Dalam pemberitaan Tempo sebelumnya, seorang warga Asmat di distrik Agats bernama Anastasi menceritakan pengalamannya ihwal ketersediaan air bersih yang minim. Anastasi mengatakan penduduk setempat memanfaatkan air hujan, baik untuk dikonsumsi atau mandi, cuci, maupun kakus.