TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan kebocoran data pengguna layanan seluler dalam proses registrasi bisa saja terjadi. Alasannya, kata Rudiantara, data tersebut ada di dunia maya.
"Itu bisa saja terjadi. Kan kita kalau googling di dunia maya, kita googling Kartu Keluarga atau NIK, itu ada di sana. Dan itu memang sudah ada sebelum registrasi prabayar," kata Rudiantara di komplek Istana Negara, Jakarta, Senin, 5 Maret 2018.
Simak: Rudiantara Minta Google Blokir Aplikasi Bermuatan LGBT
Rudiantara mengatakan, kebocoran data pelanggan layanan seluler terjadi karena rendahnya kesadaran masyarakat, untuk meningkatkan keamanan seperti password e-mail maupun pin ATM. "Kapan terakhir kali ganti password? Pakai ATM kan? Di ATM kan setiap transaksi ditanya, ganti PIN enggak? Kita kan pada males," ujarnya.
Rudiantara melanjutkan, "Jadi memang literasi terhadap pentingnya aspek security di kita masih harus terus ditingkatkan." Menurut Rudiantara, kebocoran data pelanggan justru tidak terjadi di kementeriannya maupun operator.
Sebab, kata dia, data pelanggan berupa NIK dan KK tetap berada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Ia menegaskan, yang dilakukan otoritas hanya mencocokan data pelanggan dengan database milik Dinas Dukcapil. Ia juga menyangsikan kebocoran database terjadi di Dinas Dukcapil.
Pasalnya, data kependudukan dijamin oleh Undang-Undang Administrasi Kependudukan. "Itu dijamin. Tapi kalau ada individu copy lempar ke dunia maya, punya dirinya sendiri kan enggak bisa dilarang," ucap Rudiantara.