TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai penerbangan Citilink Indonesia memantau terus perkembangan erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara. "Sejauh ini belum ada pengaruh pada operasional penerbangan," ujar Corporate Communication Citilik Indonesia Benny S. Butarbutar dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Selasa, 20 Februari 2018.
Benny mengatakan pihaknya terus berkoordinasi secara aktif dengan BMKG dan instansi terkait lain. Hal ini, kata dia, untuk mengantisipasi segala perkembangan terkait erupsi Gunung Sinabung. "Arah angin dan kecepatannya kami pantau dengan serius," katanya.
Baca: Gunung Sinabung Meletus, Dua Maskapai Ini Sebut Penerbangan Lancar
Selain memantau perkembangan, menurut Benny, Citilink juga berkoordinasi secara internal antara ground crew dan air crew. Hal ini dilakukan untuk menyiapkan segala hal terkait prosedur manajemen krisis serta pengalihan penerbangan.
Benny menjelaskan beberapa rencana tanggap bencana seperti pengalihan penerbangan sudah disiapkan. Hal itu untuk mengantisipasi penerbangan yang terganggu asap maupun abu vulkanik Gunung Sinabung. "Beberapa bandara terdekat sudah kami pikirkan, seperti pengalihan ke bandara di Batam dan Pekanbaru," ucapnya.
Di sisi lain, Benny mengatakan Citilink telah menutup kedua mesin pesawat Airbus A320 yang terparkir di Bandara Kualanamu. Penutupan mesin tersebut untuk mengantisipasi masuknya debu vulkanik dari erupsi Gunung Sinabung. "Bisa berdampak terjadinya korosif dan dapat membahayakan keselamatan penerbangan sipil," tuturnya.
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, kembali meletus pada pukul 08.53 WIB kemarin. Letusan yang cukup kuat itu memunculkan semburan awan panas hingga mencapai 5.000 meter lebih.
Awan yang keluar dalam erupsi tersebut kemudian menyebar hingga 4,9 kilometer ke arah selatan serta mencapai 3,5 kilometer ke arah timur dan tenggara. Debu vulkanik dari erupsi Gunung Sinabung tersebut terpantau terbang ke arah barat sesuai dengan arah tiupan angin saat itu.
ANTARA