TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan persoalan banjir di Jakarta tidak hanya disebabkan meluapnya daerah aliran Sungai Ciliwung. Sebab, menurut Direktur Pengendalian dan Perencanaan Daerah Aliran Sungai Yuliarto, ada 6 daerah aliran sungai (DAS) di Jakarta selain Ciliwung.
"Tapi memang untuk DAS Ciliwung sumbangkan potensi banjir sampai 25 persen," kata Yuliarto dalam media briefing mengenai kejadian longsor di Puncak, Bogor, Jawa Barat, di kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Rabu, 7 Februari 2018.
Simak: Ini Kawasan Bisnis yang Lumpuh Akibat Banjir
Pada Februari 2018, curah hujan di Jakarta diprediksi akan berada pada puncaknya. Sebelumnya, curah hujan yang tinggi di Puncak telah mengakibatkan tingginya debit air beberapa sungai di Jakarta. Jika curah hujan di Bogor dan Jakarta tinggi, debit air di daerah aliran sungai dikhawatirkan akan meluap dan menjadi banjir.
Enam daerah aliran sungai yang dimaksud Yuliarto adalah DAS Sunter, DAS Krukut, DAS Angke-Pesanggrahan, DAS Cakung, dan DAS Buaran.
Selain itu, Yuliarto menuturkan banjir di Jakarta dipengaruhi pertumbuhan permukiman di Ibu Kota, khususnya yang berada di wilayah DAS Ciliwung.
"Sebagai DAS urban, wilayah itu tertutup oleh vegetasi dan paling banyak itu vegetasi pertanian dan tertutup permukiman," ujarnya.
Yuliarto berujar, pada dasarnya, daerah di Jakarta memang merupakan wilayah banjir. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya nama daerah di Jakarta yang menggunakan rawa, termasuk bangunan kanal-kanal di beberapa wilayah.
Karena itu, Yuliarto mengimbau masyarakat yang tinggal berdekatan dengan sungai waspada. Sebab, selama musim hujan yang kini masih tinggi, daerah tersebut sangat rawan banjir.