TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar Rp 20,6 triliun atau naik 49,5 persen secara year on year pada 2017. Direktur Distribusi Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan pertumbuhan laba secara bisnis ini disumbang oleh dua segmen utama, yakni korporasi dan retail, terutama kredit mikro dan konsumer.
"Pada tahun 2017 pembiayaan segmen korporasi mencapai Rp 264,2 triliun, naik 14,7 persen year on year. Sedangkan kredit retail tumbuh 13,7 persen year on year menjadi Rp 223,2 triliun," kata Hery dalam acara dalam konferensi pers kinerja kuartal IV Bank Mandiri di auditorium Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa, 6 Februari 2018.
Simak: Laba Bersih Bank Mandiri Tumbuh 49,5 Persen
Hery berujar, adapun khusus segmen mikro, perseroan telah memberikan kredit kepada 1.263.666 debitur dengan total nilai Rp 61,9 triliun atau naik 22,2 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan kredit konsumer tercatat tumbuh sebesar 17,6 persen atau senilai Rp 99,7 triliun. Adapun segmen khusus small micro enterprise (SME) tercatat hanya tumbuh 1,3 persen atau Rp 61,6 triliun, sedangkan segmen komersial turun 5,7 persen di angka Rp 155,8 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar Rp 36,7 triliun pada tahun 2017. Total penyaluran kredit pada tahun 2017 mencapai Rp 729,5 triliun, naik 10,2 persen dari tahun 2016 sebesar Rp 662 triliun.
Di sisi lain, Bank Mandiri juga mencatatkan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp 13,3 triliun atau mencapai 102,6 persen dari target sepanjang tahun 2017. Direktur Retail Banking Bank Mandiri Tardi mengatakan, secara kumulatif hingga Desember 2017 perseroan telah menyalurkan KUR sebesar Rp 48,3 triliun kepada 995.352 debitur yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Dari target sebesar Rp 13 triliun, Bank Mandiri berhasil menyalurkan Rp 13,340 triliun pada tahun 2017," kata Tardi.
Sektor yang mendominasi penyerapan KUR yakni sektor nonproduksi sebesar 52,53 persen, sedangkan sektor produksi menyerap 47,47 persen. Sektor nonproduksi meliputi perdagangan sebesar Rp 6,9 triliun dan sektor jasa lainnya sebesar Rp 10 miliar. Adapun sektor nonproduksi mencakup sektor pertanian sebesar Rp 3,05 triliun, perikanan Rp 179 miliar, industri pengolahan 1,47 triliun, dan jasa produksi sebesar Rp 1,63 triliun.