TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan pertumbuhan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia naik 22 persen selama periode Januari-November 2017. Menurut dia, QPA tertinggi pariwisata adalah mendatangkan wisatawan asing.
"Dengan kata lain menghasilkan devisa," kata Arief Yahya, di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis, 1 Februari 2018.
Baca: 2017, Wisatawan India ke Bali Nyaris Capai 250 Ribu Orang
Tahun ini, Kementerian Pariwisata menargetkan 17 juta wisatawan asing berkunjung ke Indonesia atau naik 20 persen dibanding 2017. Untuk wisatawan lokal, ditargetkan 270 juta orang.
Meski memperoleh jumlah wisatawan yang cukup menggembirakan, Arief melihat perlu adanya pembenahan untuk menyikapi sikap lelet Indonesia yang masih menjadi kelemahan.
"Persaingan sekarang membutuhkan kecepatan," kata Arief. “Flow of money dan people itu sangat lambat di Indonesia. Hampir semuanya terkait dengan perizinan.” Ia pun menyarankan Indonesia melakukan deregulasi agar bisa mencapai atau melebihi target.
Arief mencontohkan industri pariwisata Jepang yang tumbuh dua kali lipat karena melakukan deregulasi besar-besaran. Jumlah wisatawan yang masuk ke negara tersebut melonjak dari 9 juta menjadi 20 juta hanya dalam waktu dua tahun.
Guna meningkatkan wisatawan, Arief menyarankan pemerintah bisa mempermudah wisatawan masuk ke Indonesia. "Dengan mendatangkan wisatawan, akan meningkatkan devisa," ucapnya. Ia menargetkan devisa Indonesia bisa mencapai US$ 20 miliar.
Selain itu, pemerintah harus mempromosikan destinasi yang sudah siap. Arief Yahya juga mengusulkan 10 destinasi Bali baru dibangun dengan konsep KEK. Namun baru dua destinasi pariwisata yang ia ajukan, yaitu kawasan Bromo, Tengger, dan Semeru, juga kawasan Danau Toba. Sedangkan destinasi lain, seperti Wakatobi, Tanjung Lesung, Labuan Bajo, Mandalika, Morotai, Kepulauan Seribu, Tanjung Kelayang, dan Candi Borobudur, akan diajukan bertahap.