TEMPO.CO, Jakarta - Vice President Research Department Indosurya Sekuritas, William Surya Wijaya memprediksi laju indeks harga saham gabungan (IHSG) pada awal perdagangan pekan ini akan berpotensi menguat. Penguatan ini terjadi meski pasar juga mewaspadai dampak government shutdown yang terjadi di Amerika Serikat.
"Potensi penguatan ditunjang oleh capital inflow yang masih terlihat terus terjadi," kata William seperti dalam keterangan tertulisnya, Senin, 22 Januari 2018. "Hal ini menunjukkan bahwa investor sedang mengawali tahun ini dengan optimisme tinggi."
Baca: IHSG Tembus 6.355, Jokowi: Ini di Luar Perkiraan
Pada penutupan pekan perdagangan pekan lalu, Jumat, 19 Januari 2018, IHSG sempat mengalami kenaikan hingga menyentuh rekor tertinggi terbarunya. Selain itu, menurut William, kondisi ekonomi yang stabil dan juga rilis kerja emiten tahunan yang diperkirakan bakal membaik akan jadi salah satu faktor penunjang menguatnya IHSG awal pekan ini.
Sebelumnya tercatat kenaikan IHSG sebesar 18,23 poin atau 0,28 persen mencapai angka 6.490,89. Angka tersebut merupakan rekor baru yang berhasil dicatatkan IHSG. Meskipun demikian, dari segi kenaikan jumlah masih berada di bawah kenaikan sebelumnya yang naik 28,15 poin atau 0,44 persen.
Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada memperkirakan aksi beli masih akan terjadi terutama pada saham-saham industri dasar dan pertambangan. Diharapkan, aksi ini bisa membuat laju IHSG mampu bertahan di zona hijau. "Selain imbas dari adanya aksi beli, pergerakan Rupiah yang masih terapresiasi dan bursa saham Asia yang juga bergerak positif diprediksi turut berimbas pada naiknya IHSG," ujar Reza.
Menurut Reza, pergerakan IHSG diprediksi akan dapat bertahan pada rentang 6.486-6.500. Karena itu, IHSG diprediksi akan berada pada level support 6.466-6.478 dan level resisten 6.520-6.548. "Meski diharapkan pergerakan positif ini dapat terjaga namun tetap waspadai aksi-aksi profit taking yang akan memanfaatkan kenaikan tersebut," katanya.