TEMPO.CO, Jakarta - Senior Research Analyst BCI Asia Gusti Rahayu Anwar memperkirakan nilai konstruksi ruang retail tahun ini bakal menurun jika dibandingkan pada tahun lalu sekitar 16,17 persen. Ia menduga penurunan tersebut juga dipicu oleh tumbuh suburnya bisnis perdagangan online (e-commerce).
E-commerce, menurut Rahayu, tidak hanya menggerus omzet penjualan dari department store tetapi juga mengurangi pembangunan fisik ritel menjadi toko online atau pergudangan. Dia mengatakan ada selisih nilai konstruksi antara tahun ini dengan 2017 lalu senilai Rp 3,17 miliar.
Baca: Industri Retail Rontok, Ini Nasihat Chatib Basri
Rahayu menyebutkan nilai konstruksi retail yang masuk tahun ini sekitar Rp 16,42 miliar. "Sementara pada tahun 2017 nilai konstruksi retail sebesar Rp 19,59 miliar,” katanya, Selasa, 9 Januari 2018.
Selain itu Rahayu memprediksi beberapa kota yang masih akan mengalami pertumbuhan konstruksi ritel meski tak signifikan antara lain di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jakarta. Dia mengatakan peningkatan transaksi pembelian barang secara online membuat retail mengurangi, bahkan mentransformasikan toko fisik menjadi toko online.
"Meningkatnya transaksi pembelian barang secara online, sehingga banyak peretail yang mengurangi bahkan mentransformasikan toko fisik menjadi toko online," kata Rahayu.
Ekonom Universitas Indonesia, Chatib Basri, sebelumnya menyarankan industri retail segera beralih dari bisnis offline ke online jika usahanya ingin terus berkembang. Menurut dia, industri retail banyak yang rontok karena tidak bertransformasi menjadi bisnis digital secara online.
"Itu persoalannya (retail yang menutup gerainya). Bagaimana kesiapan dari offline ke online," kata Chatib kepada Tempo di Jakarta, pertengahan Oktober lalu.
BISNIS