TEMPO.CO, JAKARTA - Realisasi pemberlakuan harga eceran tertinggi komoditas beras yang tak kunjung terlihat, membuat pemerintah akan mengandalkan operasi pasar sebagai langkah antisipasi. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan gelontoran puluhan ribu ton beras medium ini akan terus dilakukan hingga harga beras medium turun.
“Lihat perkembangan satu-dua hari, kalau tidak turun juga akan ada penyelidikan lebih lanjut,” kata Enggar di gudang Bulog Jakarta, Selasa 9 Januari 2018.
Baca Juga:
Simak: Harga Beras Baru: Ini Nasihat Menteri Enggar kepada Pedagang
Meski harganya dipatok sejak September silam, harga beras medium tak pernah sesuai target Rp 9.450-10.250 per kilogram. Bahkan akhir pekan lalu untuk beras medium harganya mencatatkan rekor tertinggi mencapai Rp 11.500 per kilogram. Angka itu bahkan sedikit lagi melampau patokan harga beras premium di angka Rp 12.800 per kilogram
Enggar mengatakan ada banyak hal yang menyebabkan harga beras medium naik. Pedagang yang lebih memilih berdagang beras premium, katanya, menjadi salah satu hal utama penyebab minimnya suplai beras medium belakangan ini. “Yang pasti kami akan terus operasi pasar, begitu ada yang ketahuan menimbun kami pidanakan,” kata Enggar.
Menurut Enggar, gelontoran operasi pasar akan bisa memaksa pedagang menjual beras mediumnya. Toh, kata dia, cadangan beras pemerintah bisa kapan saja dikeluarkan untuk operasi pasar dengan persetujuan Buloga dan Kementerian Pertanian. “Sudah ada 13 ribu ton yang digelontorkan untuk operasi pasar,” ujarnya.
Direktur Utama Bulog, Djarot Kusumayakti mengatakan pihaknya menjual beras ke masyarakat dengan harga dibawa HET senilai Rp 9.300 per kilogram. Dia pun menyanggupi keinginan pemerintah untuk melakukan operasi pasar secara berkepanjangan. Bahkan titik operasi pasar juga akan ditingkatkan dari 1.100 titik menjadi 1.800 titik.
“Ke depannya diharapkan mencapai dua ribu titik,” kata Djarot. Meski begitu, bekas bankir ini tak menampik harus jungkir balik berusaha memenuhi kebutuhan beras nasional. Saat ini, stok beras di gudang Bulog hanya di kisaran satu juta ton, separuh dari kebutuhan nasional yang berkebutuhan dua juta ton.
Untuk tahun ini, Bulog menargetkan serapan beras 2,7 juta ton. Dia mengatakan pihaknya bakal mencari beras dengan cepat begitu ada daerah yang panen. Usai musim panen di Sulawesi mulai sepi, saat ini Djarot sedang memantau perkembangan persiapan panen di wilayah Jawa Barat. “Kementerian Pertanian minta serapat 3,7 juta ton juga akan kami lakukan,” ujarnya.
Direktur Utama PT Food Station Arief Prasetyo mengatakan harga beras memang sudah mahal di tingkat distributor. Harga rata-rata bursa beras di Cipinang katanya sejak lama di kisaran Rp 8.800 untuk beras medium dan Rp 12.500 untuk beras premium. “Bahkan sudah ada yang Rp 11 ribu,” kata Arief.
Untungnya, kata dia, khusus pembeli dari DKI Jakarta yang memiliki Kartu Jakarta Pintar ada alokasi khusus mendapat beras murah. Pemegang kartu tersebut, bisa membeli beras seharga Rp 6 ribu per kilo. “Kalau tidak punya kartu, ya harus beli pakai harga biasa,” kata Arief.