TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 bisa mencapai 6 persen. “Bisa sampai 6 persen kalau stabilitas dipelihara dengan baik,” ujar Luhut dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo di Jakarta, Minggu, 7 Januari 2018.
Pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 ini akan tumbuh sebesar 5,4 persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut proyeksi tersebut didasarkan pada agenda-agenda besar yang diprediksi mendongkrak belanja masyarakat seperti pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2018, agenda Asean Games, serta pertemuan IMF-World Bank pada Oktober 2018 mendatang di Bali.
Baca: Sri Mulyani: Perekonomian 2017 Terdongkrak Faktor-faktor Ini
Luhut mengatakan pertumbuhan ekonomi 2019 yang diyakininya bisa mencapai 6 persen itu memang masih di bawah prediksi sebelumnya sebesar 7 persen. Saat itu, kata dia, harapannya ekonomi global dapat lebih cepat membaik namun ternyata tidak demikian. “Tapi sekarang ekonomi global sudah mulai membaik, maka akan kami coba mengikuti arus membaiknya itu,” katanya.
Saat ini, kata Luhut, Indonesia sendiri telah dimasukkan dalam kelompok lima besar ekonomi dunia. Dia menyebutkan hal itu sejalan dengan ramalan The World Economic Forum dan PricewaterhouseCoopers yang memproyeksikan tahun 2030 Indonesia akan memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) di peringkat 5 dunia dengan US$ 5,424 triliun. “Angka ini di atas PDB negara maju seperti Jerman atau Prancis,” ucapnya.
Negara yang sekarang menduduki posisi pertama kelompok lima besar ekonomi dunia adalah Tiongkok dengan PDB sebesar US$ 38,008 triliun. Sedangkan di posisi kedua ada Amerika Serikat dengan PDB sebesar US$ 23,475 triliun. “Kita (Indonesia) sedang bergerak ke sana,” tutur Luhut.
Luhut Pandjaitan menambahkan pada tahun 2018 ini Indonesia telah memperoleh kepercayaan dunia. Buktinya, kata dia, rating Indonesia meningkat dalam beberapa institusi internasional seperti di Fitch Ratings naik dari BBB- menjadi BBB, Standard & Poors naik dari BB+ menjadi BBB-, serta di Moody’s Investors Service yang juga naik dari Stable menjadi Positive. “Dampaknya akan luar biasa karena tingkat kepercayaan investasi pada kita makin tinggi,” tuturnya.
SYAFIUL HADI | DIAS PRASONGKO