TEMPO.CO, Jakarta - Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung menyarankan generasi milenial membeli rumah daripada menyewa. Menurut Untung, selisih harga biaya sewa dan cicilan tidak berbeda jauh.
Untung menjabarkan, biaya sewa rumah di area Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi berkisar 36-56 persen dari cicilan. "Kami memetakan enam daerah," ujarnya di kantor Rumah123, Jakarta Selatan, Rabu, 20 Desember 2017.
Baca: Kemenkeu Sebut Alasan Generasi Milenial Sulit Punya Rumah Pribadi
Jika dibandingkan dengan harga cicilan rumah di enam daerah itu terlihat biaya sewa rumah termahal ada di daerah Bintaro dan terendah di Depok. Harga cicilan rumah di wilayah Bintaro tercatat 0,56 kali harga rumah, sementara di Bekasi 0,47 kali, Depok 0,36 kali, Tangerang 0,46 kali, Tangerang Selatan 0,48 kali, dan BSD 0,42 kali.
Untung juga menyayangkan minimnya edukasi terhadap generasi milenial mengenai pentingnya properti, terutama edukasi mengenai kredit pemilikan rumah (KPR). "KPR memang produk yang rumit karena ada hitungannya, tapi itu diperlukan. Sayangnya, tidak ada edukasi," katanya.
Dalam kesempatan itu, Untung menyampaikan simulasi perhitungan KPR. "Misalnya, mau beli harga properti sebesar Rp 500 juta dengan jangka waktu 20 tahun, harus disiapkan uang muka Rp 100 juta atau DP (uang muka) 20 persen," ucapnya.
Jika estimasi suku bunga 6,68 persen per tahun dengan jumlah pinjaman Rp 400 juta, cukup membayar angsuran per bulan Rp 3,042 juta. "Pada beberapa tahun pertama, mungkin akan terasa sulit. Namun setelah lima tahun, bisa balik modal. Masih bisa liburan atau beli gadget," tutur Untung.
Namun Untung menilai generasi milenial saat ini lebih memilih traveling atau belanja barang mewah daripada membeli rumah. Ia menilai industri properti dalam kondisi bahaya jika generasi milenial tidak mau membeli atau menunda memiliki properti. Padahal idealnya membeli properti harus sedini mungkin atau selambatnya tiga tahun sebelum menikah.
Data menunjukkan belanja gadget dan traveling menjadi prioritas pembelian generasi milenial, yang memiliki kisaran gaji Rp 3-10 juta per bulan, kemudian baru menyusul properti. Untung pun menghimbau generasi produktif tidak menunda membeli rumah.