TEMPO.CO, Jakarta - Natal dan Tahun Baru identik dengan liburan dan bepergian. Bali biasanya menjadi salah satu tujuan yang banyak diminati wisatawan untuk menikmati masa liburan akhir tahun. Namun, untuk akhir tahun ini, penerbangan ke Bali diperkirakan turun sekitar 30 persen.
Ketua Penerbangan Berjadwal Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Inaca), Bayu Sutanto, pada Selasa, 12 Desember 2017, di Jakarta mengatakan faktor utama dari penurunan penerbangan ke Pulau Dewata, yaitu letusan Gunung Agung yang saat ini masih berstatus awas.
Baca: Erupsi Gunung Agung, 3 Penerbangan Surabaya-Denpasar Dibatalkan
Hal itu, kata dia, ditandai sejumlah penundaan acara, baik itu tingkat nasional dan internasional. "Kelihatan akan turun. Saya lihat beberapa acara termasuk di beberapa maskapai kita dengan pabrikan untuk mengadakan lokakarya, seminar di Bali, kami tunda semua," katanya.
Selain itu, lanjut dia, orang-orang cenderung menunda liburan ke Bali untuk menghindari dampak buruk dari letusan Gunung Agung.
"Pengecualian khususnya rute ke Denpasar karena kendala ada kejadian Gunung Agung yang belum pasti karena belum meledak besar juga, sehingga orang menunda atau mengalihkan perjalanannya untuk liburan, baik pribadi, keluarga maupun rapat perusahaan," katanya.
Meski demikian, Sutanto mengatakan, tingkat keterisian penumpang tetap tinggi, namun destinasi beralih dari Bali ke Yogyakarta, Semarang, dan Bandung.
Selain itu, dia mengatakan, sejumlah penumpang cenderung beralih ke luar negeri, seperti Singapura atau Thailand. "Natal dan Tahun Baru di Denpasar tidak seramai tahun sebelumnya, mungkin pindah ke tempat lain atau ke luar negeri yang paling dekat Singapura atau Bangkok. Tapi untuk maskapai penerbangan paling jauh terbang ke Jepang, Korea, Australia, Timur Tengah," katanya.
ANTARA