TEMPO.CO, New York - Setelah mencatat tingkat pertumbuhan ekonomi yang mengesankan sebesar 3 persen sepanjang 2017, perekonomian dunia diprediksi bakal stabil pada 2018 dan 2019. Hal tersebut disampaikan dalam laporan bertajuk "Situasi Ekonomi Dunia dan Prospek 2018" yang diluncurkan pada Senin, 11 Desember 2017, di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York.
Pertumbuhan pada 2017, menurut PBB, merupakan kinerja terkuat ekonomi dunia sejak 2011. Pertumbuhan global diperkirakan tetap stabil di posisi 3 persen pada 2018 dan 2019. "Perbaikan juga meluas dengan sekitar dua per tiga negara di dunia mengalami pertumbuhan yang lebih kuat pada 2017 daripada tahun sebelumnya," bunyi laporan tersebut.
Baca: IMF: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa 6,5 Persen
Situasi ekonomi global yang membaik, menurut PBB, juga telah memberi kesempatan bagi negara-negara untuk memfokuskan kebijakan terhadap isu-isu jangka panjang. Isu-isu jangka panjang tersebut di antaranya menangani perubahan iklim, mengatasi ketidaksetaraan yang ada, dan menghapus hambatan kelembagaan terhadap pembangunan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebutkan dalam laporan Situasi Ekonomi dan Prospek Dunia 2018 bahwa kondisi makroekonomi saat ini menawarkan ruang lingkup pembuat kebijakan yang lebih luas untuk menangani beberapa isu mengakar. "Isu ini yang terus menghambat kemajuan menuju sasaran pembangunan berkelanjutan," ujar Antonio dalam pengantar laporan tersebut.
Dalam peluncuran laporan tersebut, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Ekonomi dan Sosial, Liu Zhenmin, menyatakan kemajuan dalam pertumbuhan global merupakan tanda selamat datang bagi ekonomi yang lebih sehat. Namun ia juga mengingatkan bahwa pertumbuhan global ini mungkin punya konsekuensi tertentu dengan biaya lingkungan.
Karena itu, Liu menyerukan harus ada upaya yang lebih kuat untuk mengurangi ketergantungan pertumbuhan ekonomi dan degradasi lingkungan. Laporan tersebut juga memperingatkan risiko-risiko, termasuk perubahan dalam kebijakan perdagangan, pemburukan mendadak kondisi keuangan global, dan peningkatan ketegangan geopolitik.
ANTARA