TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis rintisan (startup) kini tengah menggeliat di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. CEO Bukalapak Achmad Zaky punya pesan untuk anak muda yang baru merintis bisnisnya tersebut. "Jangan cemen," kata dia ditemui di acara Kopi Darat Akbar komunitas Bukalapak 2017 di jakarta, Sabtu, 25 November 2017.
Pesan itu disampaikan lantaran Zaky melihat banyak pebisnis rintisan yang langsung menyerah waktu baru memulai lantaran bisnisnya tak maju-maju. "Dikiranya itu mereka udah paling sulit. Mereka enggak tahu ada yang lebih sulit dari mereka. Padahal saya dulu setahun enggak digaji," tuturnya. Zaky lantas mengenang awal mula kiprahnya merintis perusahaan marketplace itu.
Baca: Perusahaan Ini Bimbing 1.700 Startup di 60 Negara
Zaky memulai bisnis berdua dengan temannya dari kos-kosan. Pada saat didirikan, kata dia, lapak digital itu minim kunjungan dan pedagang. "Jadi kita harus turun ke pasar-pasar, ajak orang-orang buat jualan di Bukalapak, serba nekat," kata dia. "Sampai 2011 itu masih struggle. Kita cuma makan nasi pakai kuah karena Bukalapak belum menghasilkan."
Menurut dia, masa-masa awal merintis bisnis memang masa yang berat. "Sangat menguji keyakinan," ujarnya. Bahkan, Zaky pernah berpikir untuk mundur dari bisnis rintisan itu dan memilih untuk bekerja menjadi karyawan saja. Namun, niatnya itu diurungkan lantaran masih punya keyakinan bisnis itu bisa besar. "Ternyata baru dua tahun belakangan ini gede banget."
Pada mulanya, Zaky mengatakan bisnis yang digarapnya itu hanya bermodalkan ilmu yang dikuasainya setelah lulus kuliah di Institut Teknologi Bandung. Namun, dalam menghidupkan bisnis itu, kata dia, banyak asam garam dia rasakan, termasuk kerugian.
Zaky mengaku sempat merugi, dan angkanya tak kecil. "Kalau kerugian ya pernah, bisa sampai ratusan juta karena kita menghidupkan bisnis sendiri kan," tuturnya. "Mungkin 2 tahun pertama rugi dan ragu-ragu lanjut apa enggak. Tapi ternyata trennya bergerak ke sini (bisnis digital)." Sedangkan saat ini Bukalapak bisa menghimpun hampir 2 juta pelapak dan menargetkan bisa bertumbuh sampai 4 juta mitra usaha kecil dan menengah (UKM) pada 2019.
Saat memulai bisnisnya itu, Zaky juga mengaku sembunyi-sembunyi dari orang tuanya lantaran dia merasa menempuh jalur yang tidak lazim, yaitu menjadi wirausahawan. "Tapi lalu saya buktikan," tuturnya.
Menurut Zaky, adalah hal yang wajar kalau orang tuanya khawatir saat dia menempuh jalur wirausaha, terutama soal keamanan finansialnya. Apalagi keluarganya bukan berasal dari kalangan pebisnis. "Orang tua saya dua-duanya guru sekolah menengah pertama," kata dia.
Menggeliatnya startup di Tanah Air terlihat dari data yang terdapat dalam www.startupranking.com yang menyebutkan Indonesia menempati tiga besar negara dengan jumlah bisnis rintisan terbanyak, dengan jumlah 1.593 bisnis rintisan. Indonesia hanya kalah dari Amerika serikat dengan 37.532 bisnis dan India dengan 4.042 bisnis.