TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir mengatakan kebijakan penambahan daya listrik rumah tangga tidak bisa dilakukan sekaligus. Sebab, perusahaan perlu merevitalisasi utilitas setrum guna menjaga kelaikan jaringan. "Kebijakan ini bertahap dong. Fasilitas listrik nantinya akan mengikuti," ujar Sofyan.
Sebelumnya, Kementerian Energi menyatakan akan menaikkan kapasitas listrik pelanggan rumah tangga dan membaginya dalam tiga golongan. Golongan pertama adalah pelanggan listrik 4.400 volt ampere (VA). Pelanggan yang termasuk golongan ini adalah pelanggan setrum 1.300 VA, 2.200 VA, dan 3.500 VA. Sedangkan untuk pelanggan yang termasuk golongan 6.600 VA ke atas akan naik daya menjadi 13.000 VA. Bagi pelanggan yang menggunakan listrik lebih dari 13.000 VA, nantinya tak ada pembatasan daya (loss stroom).
Saat ini, seluruh tarif golongan rumah tangga dihargai Rp 1.467 per kilowatt jam (kWh), kecuali Rp 900 VA sebesar 1.352 per kWh. Juru Bicara Kementerian Energi Dadan Kusdiana mengatakan penyederhanaan tarif tidak berlaku bagi 23 juta pengguna listrik subsidi 450 VA dan 6,5 juta pelanggan 900 VA. Pelanggan 450 VA dibebani biaya listrik Rp 415 per kWh dan 900 VA sebesar Rp 586 per kWh.
Berdasarkan catatan PLN, total pelanggan listrik rumah tangga non subsidi mencapai 26 juta pelanggan. Pelanggan ini terbagi atas pemakai setrum berkapasitas 900 VA sebanyak 16 juta dan golongan di atas 900 VA sebesar 10 juta.
Hingga saat ini, pemerintah belum bisa memastikan kapan rencana tersebut bisa dimulai. Pasalnya, belum ada kesepakatan terkait teknis perpindahan daya bagi puluhan juta pelanggan rumah tangga.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Hendra Iswahyudi, berdalih pemerintah perlu mengantisipasi risiko yang timbul akibat perpindahan daya. "Secara bisnis memang bagus. Tapi ini perlu dibahas dengan PLN karena menyangkut kelaikan dan risiko-risiko tertentu," ujarnya kepada Tempo, kemarin.
Hendra mencontohkan risiko keandalan jaringan yang bisa terganggu lantaran konsumsi listrik yang bertambah. Menurut dia, saat ini beban daya di beberapa daerah sudah melampaui 80 persen dari kapasitas trafo dan gardu induk. Jika kenaikan konsumsi tidak dibarengi pergantian fasilitas, keandalan jaringan di suatu wilayah bisa terganggu.
Risiko lainnya adalah kelaikan instalasi listrik rumah tangga. Menurut Hendra, banyak fasilitas listrik pelanggan seperti kabel dan miniature circuit breaker (MCB) yang berusia lebih dari lima tahun. Fasilitas dengan tahun segitu akan terganggu jika dialiri setrum melebihi kapasitas terpasangnya. "Fasilitas MCB dan pelat itulah yang juga harus ditingkatkan. Teknisnya belum disepakati juga," kata Hendra.
Wakil Menteri Energi Arcandra Tahar optimistis migrasi daya tidak mengganggu jaringan PLN. Sebab saat ini sistem kelistrikan masih surplus. Dia mengatakan sistem Jawa-Bali dan Sumatera akan semakin lantaran keduanya bakal tersambung.
"Dihitung sekarang, seperti apa distribusi daya sekarang. Apalagi kalau jaringan interkoneksi semua," ujarnya.