TEMPO.CO, Jakarta - Menggratiskan biaya kartu perdana uang elektronik atau e-money, sehingga konsumen cukup membayar saldo awal, bukan merupakan hal baru. Strategi ini pernah dilakukan saat menerapkan pembayaran non-tunai dengan e-money TransJakarta pada 2014.
Ketika TransJakarta memberikan promo serupa pada awal menuju elektronifikasi tiket sempat terjadi berbagai polemik di masyarakat. Pasalnya, konsumen pengguna bus berjalur khusus ini menganggap tetap ‘dipaksa’ membeli kartu perdana uang elektronik sebesar Rp 20 ribu dengan nilai saldo yang sama bila belum memiliki kartu prabayar tersebut.
Isu TransJakarta akan ditinggalkan penggunanya pun mencuat. Salah satunya Rian, pegawai swasta berusia 26 tahun di Jakarta, yang mengaku terkejut dengan kebijakan kala itu.
“Ya, kalau lagi lupa bawa uang elektronik berarti terpaksa beli yang Rp 20 ribu sekali jalan. Padahal sudah punya, kan sayang tuh,” ujarnya mengenang.
Baca: Mulai 16 Oktober Beli Kartu E-Money Dapat Diskon Rp 20 Ribu
Akhirnya, selama beberapa waktu Rian terpaksa memilih transportasi lain, seperti Kopaja dan Metromini yang satu trayek dengan Transjakarta.
Sayangnya, permasalahan elektronifikasi pada tiket TransJakarta belum usai, beberapa pihak masih kerap mengalami masalah teknis. Seperti yang dialami Sinta, pegawai swasta di Jakarta, yang mengaku masih kerap kesulitan dalam mengisi ulang uang elektronik di loket halte TransJakarta.
“Suka ada saja masalahnya pas lagi mau isi ulang di loket halte TransJakarta, jadinya terpaksa menenteng beberapa uang elektronik karena suka saldonya kurang dan akhirnya beli kartu baru,” ujarnya.
Ketersediaan infrastruktur dalam elektronifikasi TransJakarta itu bisa menjadi hambatan masyarakat saat menggunakan layanan transportasi tersebut. Lalu, bagaimana dengan elektronifikasi jalan tol?
Baca: Promo Kartu E-Money, Sistem Pembayaan Non-Tunai Meningkat
Pihak bank dan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) pun sepakat untuk memberikan subsidi kepada konsumen dalam penjualan uang elektronik di jalan bebas hambatan tersebut. Subsidi itu berupa potongan biaya kartu perdana. Jadi, ketika konsumen membeli kartu senilai Rp 50 ribu berarti isi saldo juga dengan nilai serupa.
Promo itu pun berjalan pada periode waktu 16-31 Oktober 2017, dan pihak perbankan menyiapkan 1,5 juta keping kartu yang porsinya dibagi rata kepada lima bank partisipan elektronifikasi pembayaran tol tersebut.
Kepala Sub Bidang Operasi dan Pemeliharaan Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT), Hadi Suprayitno, mengatakan nantinya uang elektronik promo itu akan disebarkan pada sejumlah pintu tol yang penetrasi non tunai-nya masih belum 100 persen.
“Hal itu dilakukan agar memaksimalkan masa promosi untuk mereka pengguna jalan tol yang memang belum memiliki uang elektronik,” kata Hadi pada Minggu, 15 Oktober 2017.
Apabila jumlah kartu uang elektronik sebesar 1,5 juta keping itu habis sebelum 31 Oktober 2017, masa promosi dinyatakan berakhir. Promosi kartu uang elektronik tersebut diharapkan dapat mendorong sistem e-money di jalan tol.