TEMPO.CO, Jakarta - Data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menunjukkan penetrasi transaksi nontunai di jalan tol mulai meningkat seiring belakangan ini. Tercatat, penetrasi transaksi non tunai secara rata-rata nasional mencapai 70 persen per 4 Oktober 2017.
Hal ini seiring dengan sosialisasi yang dilakukan pemerintah guna mengejar target 100 persen transaksi non tunai di jalan tol pada 31 Oktober mendatang. BPJT menyebutkan angka ini naik 20 persen dari tingkat penetrasi akhir September lalu yang mencapai 50 persen.
Baca: Pembayaran Tol Non Tunai Sulit, Ini Antisipasi Jasa Marga
Kepala BPJT Herry Trisaputra Zuna menjelaskan, bila dirinci lebih jauh, penetrasi terbesar transaksi non tunai berada di ruas tol Jabodetabek sebesar 78 persen. Lalu diikuti dengan jalan tol luar Jawa sebesar 61 persen, dan non Jabodetabek sebesar 53 persen.
"Saya melihatnya positif, berarti kesadaran masyarakat meningkat. Peralatan yang di lapangan juga berpengaruh. Sekarang tinggal teruskan bagaimana mengejar sisanya," ujar Herry, Jumat, 6 Oktober 2017.
Herry menjelaskan, pihaknya terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia,perbankan, serta badan usaha jalan tol untuk menambah jumlah reader kartu elektronik, maupun menambah jumlah kartu transaksi yang beredar di masyarakat.
Herry menilai masih ada beberapa hal yang menjadi tantangan yaitu mekanisme top up dan penambahan lokasi top up di wilayah jalan tol. Sejauh ini perbankan telah berkomitmen untuk menambah jumlah lokasi top up, seperti Bank BRI menambah 30 titik, BNI 37 titik, dan Mandiri 37 titik.
Saat ini, terdapat 13 lokasi top up yang tersebar di gerbang tol Cawang-Tangerang-Cengkareng, Jakarta-Tangerang, Jakarta-Cikampek, Ponsok Aren-Uljami dan Jagorawi.
Menurut Herry, lokasi top tup pada transaksi non tunai terbaik hendaknya tidak berada di gardu tol karena akan menghambat arus lalu lintas, tetapi sebaiknya berada di area tempat istirahat maupun kantor cabang operator yang biasanya terletak sebelum gerbang masuk tol.