Operasi Pasar Beras Rawan Penyimpangan

Reporter

Editor

Kamis, 11 Januari 2007 01:27 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menilai, operasi pasar beras yang dilakukan Perusahaan Umum Bulog rawan penyimpangan. Sebab, institusi ini boleh menjual berasnya kepada pedagang.Dalam mekanisme penyaluran cadangan beras pemerintah untuk pengendalian harga disebutkan, selain menjual langsung ke konsumen, satuan tugas (Satgas) Bulog dapat menjual beras ke koperasi atau pedagang. Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi HKTI Siswono Yudo Husodo mengatakan, mekanisme ini akan menjadi bentuk permainan baru dalam perdagangan beras. "Ini sangat rawan penyimpangan, " kata Siswono kepada Tempo di Jakarta, kemarin. Dia menjelaskan, bentuk penyimpangan ini terjadi ketika pedagang membeli beras Bulog dalam jumlah yang besar. Akibatnya, mereka akan memiliki kemampuan mempermainkan harga. Jika ini terjadi, operasi pasar tidak akan efektif menekan harga beras yang terus melambung. Siswono mengaku heran lantaran pemerintah yang memperbolehkan Bulog menjual beras ke pedagang. "Padahal menjual beras operasi pasar ke pedagang kurang tepat," ujarnya. Kepala Divisi Pengadaan Bulog Agusdin Fariedh membenarkan jika Bulog diperbolehkan menjual berasnya ke pedagang. Bahkan, pedagang atau koperasi itu pun membeli dengan harga sama dengan konsumen yakni Rp 4.000 per kilogram. Tapi, saat menjual lagi beras itu, pedagang diwajibkan memasang spanduk operasi pasar. Konsumen juga membeli pada harga eceran tertinggi yang ditetapkan yakni antara Rp 4.000-Rp 4.300 per kilogram. Dia enggan menjawab ketika ditanya kemungkinan penyimpangan yang dilakukan para pedagang yang memperoleh beras itu. "Para pedagang dan koperasi bukan kami yang menentukan, " kata Fariedh. Menurut Fariedh, pedagang yang boleh membeli beras dari Bulog sudah ditentukan Departemen Perdagangan. Sehingga, jika terjadi penyelewengan izin pedagang atau koperasi tersebut bisa dicabut. Hingga 8 Januari lalu, Bulog telah menyalurkan 9.727 ton beras untuk operasi pasar. Selama 2006 perusahaan pelat merah ini telah menyalurkan 58.526 ton beras untuk kegiatan ini. Siswono mengatakan, kenaikan harga beras saat ini lebih disebabkan kesalahan manajemen distribusi. Menurut dia, Bulog gagal membeli beras petani pada saat panen raya. Akibatnya, pasokan beras saat ini terganggu. Fariedh lagi-lagi mengakui, selama 2006 perusahaannya hanya mampu membeli 1,4 juta ton beras. Padahal, target pengadaan tahun lalu mencapai 1,6 juta ton. Wakil Ketua Komisi Pertanian dan Pangan Dewan Perwakilan Rakyat Suswono menambahkan, pemerintah seharusnya mengambil langkah darurat dalam mengamankan harga. "Kalau perlu bahan pangan dibawa memakai pesawat atau kapal TNI, " kata dia. Politikus Partai Keadilan Sejahtera ini berpendapat, pemerintah seharusnya tidak terlalu memperhitungkan biaya dalam mempercepat pasokan beras dan bahan pangan kepada daerah yang kekurangan. "Jangan sampai rakyat kelaparan, " ujarnya. EWO RASWA

Berita terkait

Buwas: Jutaan Ton Beras Bulog Terancam Membusuk

21 Juni 2019

Buwas: Jutaan Ton Beras Bulog Terancam Membusuk

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, jutaan ton beras yang tersimpan di gudang Bulog tinggal menunggu waktu untuk membusuk.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta Pembagian Rastra Dipercepat, Bulog Akan Kalang Kabut

2 Maret 2018

Jokowi Minta Pembagian Rastra Dipercepat, Bulog Akan Kalang Kabut

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta distribusi bantuan beras sejahtera (rastra) pada Maret 2018 dilakukan di awal bulan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta Beras untuk 15 Juta Warga Tak Telat walau Sehari

5 Desember 2017

Jokowi Minta Beras untuk 15 Juta Warga Tak Telat walau Sehari

Presiden Jokowi meminta penyaluran program bantuan beras untuk 15 juta warga masyarakat tak telat walau hanya sehari.

Baca Selengkapnya

Raskin Bau dan Berkutu? Ini Solusi Wakil Bupati Banjarnegara

6 Juli 2015

Raskin Bau dan Berkutu? Ini Solusi Wakil Bupati Banjarnegara

Bila sampai menemukan beras dengan yang tak layak makan, apalagi berkutu dan bau, masyarakat harus berani menolak.

Baca Selengkapnya

Jelang Ramadan, Penyaluran Raskin Dikebut  

13 Mei 2015

Jelang Ramadan, Penyaluran Raskin Dikebut  

Saat ini Bulog masih terus menyerap beras petani.

Baca Selengkapnya

Beras Miskin Tidak Layak Konsumsi Ditolak Warga

11 Mei 2015

Beras Miskin Tidak Layak Konsumsi Ditolak Warga

Kualitas beras ebanyak 3 toj itu buruk, karena berbau dan berwarna kuning.

Baca Selengkapnya

Bau Apek, Sumenep Tolak Beras Miskin dari Bulog Jatim

16 April 2015

Bau Apek, Sumenep Tolak Beras Miskin dari Bulog Jatim

Sesuai surat edaran Gubernur Jawa Timur beras jatah warga
miskin Sumenep sebanyak 1.745 ton per bulan. Jatah itu untuk
116.378 rumah tangga sasaran.

Baca Selengkapnya

JK Jamin Subsidi Raskin Berlanjut  

7 Maret 2015

JK Jamin Subsidi Raskin Berlanjut  

Harga beras diklaim berangsur turun sebagai dampak operasi pasar beras dan beras murah untuk rakyat miskin.

Baca Selengkapnya

Harga Beras Melonjak, Pemerintah Parepare Bagikan Raskin

25 Februari 2015

Harga Beras Melonjak, Pemerintah Parepare Bagikan Raskin

Harga beras akan normal kembali pada Maret mendatang.

Baca Selengkapnya

Cek Mutu Raskin, Rini Blusukan ke Gudang Bulog

10 Januari 2015

Cek Mutu Raskin, Rini Blusukan ke Gudang Bulog

Menurut Rini, mutu raskin dipengaruhi juga oleh cara penyimpanannya di gudang.

Baca Selengkapnya