Ekonomi Indonesia 5 Besar di 2030, Sri Mulyani: Masuk Akal

Reporter

Jumat, 8 September 2017 07:00 WIB

REUTERS/Beawiharta

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan hasil sigi Pricewaterhouse Coopers (PwC) bahwa Indonesia akan masuk dalam lima negara ekonomi terkuat di dunia pada 2030, cukup beralasan.

Sri optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melesat cepat dibandingkan negara lain di Asia dan G20. "Memang kita lebih tinggi. Mungkin hanya dengan India dan Cina saja yang kalah tinggi," kata Sri di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis, 7 September 2017.

Baca juga: DPR Sebut Target Pertumbuhan Indonesia 2018 Realistis

Pemerintah berupaya mencapai pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2 persen. Selain target tersebut, kualitas pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi tantangan berikutnya.

Menurut Sri, kemampuan belanja masyarakat saat ini telah masuk dalam kelompok ekonomi terbesar di dunia. "Indonesia sudah masuk 11 besar, kalau tidak salah. Jadi, kalau purchasing power parity pada 2030 ya masuk akal saja," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

Pada 2018, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen, dengan tingkat inflasi 3,5 persen. Belanja negara dianggarkan sebesar Rp 2.204,4 triliun, dengan defisit mencapai Rp 325,9 triliun.

Pemerintah juga memasukkan anggaran penanggulangan kemiskinan untuk kelompok miskin, hingga Rp 292,8 triliun. Total subsidi yang dianggarkan juga semakin meningkat menjadi Rp 172,4 triliun, terdiri atas subsidi energi Rp 103,4 triliun, dan subsidi non energi Rp 69 triliun. "Bukan hanya pertumbuhan ekonomi, kami ingin bisa lebih adil, inklusif."

Baca juga: Genjot Pertumbuhan Ekonomi Tahun Depan, Ini Strategi Sri Mulyani

Survei PwC menyebut sejumlah negara berkembang akan mendominasi perekonomian dunia pada 2030, seperti India dan Brazil. Laporan ini memproyeksi peringkat berdasarkan produk domestik bruto serta daya beli masyarakat.

Peringkat pertama ditempati oleh Cina dengan nilai ekonomi negara diprediksi mencapai US$ 38.008 triliun. Amerika Serikat berada di peringkat ke-2 dengan produk domestik bruto sebesar US$ 23.475 triliun. Saat ini, tingkat daya beli Amerika sebesar US$ 18.569 triliun.

Peringkat ketiga yaitu India dengan nilai ekonomi hingga US$ 19.511 triliun. Kemudian, Jepang memiliki nilai ekonomi US$ 5.606 triliun. Indonesia berada di peringkat ke-5 dengan proyeksi nilai ekonomi US$ 5.424 triliun.

Lembaga ICAS pernah menyatakan Indonesia berada di jalur ekonomi strategis yang menarik perhatian Cina dan India. Indonesia akan dianggap lebih unggul dibandingkan Rusia, Brazil, dan Jerman.

PUTRI ADITYOWATI | SEASIA.CO

Berita terkait

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

11 jam lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

15 jam lalu

Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tanggapi kasus penahanan hibah alat belajar SLB oleh Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

18 jam lalu

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

Bea cukai sedang disorot masyarakat. Ini beberapa kasus yang membuat heboh

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

1 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

1 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

3 hari lalu

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

3 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

3 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

3 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

3 hari lalu

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.

Baca Selengkapnya