Andika Surachman, Direktur Utama First Travel. TEMPO/Frannoto
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Satgas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan Tongam L. Tobing mengatakan bahwa PT First Anugerah Karya Wisata atau First Travel sudah ditutup per 18 Juli 2017 tapi masih ada 25 ribu calon jemaah umrah yang belum diberangkatkan.
"Jumlah itu sesuai info dari First Travel," kata Tongam saat dihubungi hari ini, Sabtu, 22 Juli 2017.
Pada 18 Juli lalu, Satgas Waspada Investasi OJK menutup agen penyelenggara ibadah haji dan umrah First Travel. Menurut Tongam, First Travel menawarkan promo umrah yang harganya tidak masuk akal, yakni Rp 14,3 juta. "Berdasarkan analisis kami serta pembahasan dengan First Travel dan Kementerian Agama, program ini tidak sesuai dengan harga terendah umrah yang mana biaya terendah sekitar US$ 1.600 atau sekitar Rp 22 juta," ucap Tongam.
Tongam pun menyatakan, First Travel juga merugikan masyarakat sebab keberangkatan jemaah yang mendaftar pertama tergantung pembayaran peserta baru. "Artinya, ada kegiatan seperti gali lobang tutup lobang yang akhirnya merugikan masyarakat yang mendaftar belakangan," ujarnya.
Tongam meminta calon jemaah umrah klien First Travel tetap tenang dan memberikan kesempatan kepada manajemen First Travel untuk mengurus keberangkatan mereka. "Pemberangkatan akan dilakukan bertahap."
Kementerian Agama pernah memanggil First Travel untuk mengklarifikasi masalah penundaan keberangkatan 270 jemaah umrah asal Sidoarjo, Jawa Timur. Menurut Wakil Direktur First Travel Annisa Hasibuan, penundaan keberangkatan tersebut lantaran kesulitan mengurus visa.
Menurut Annisa, jemaah umrah yang terlambat akan diberangkatkan oleh First Travel pada Oktober, November, dan Desember 2017. Namun, jemaah umrah yang ingin ikut program carter pesawat dengan tambahan biaya Rp 2,5 juta diberangkatkan pada Mei 2017.
Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat, OJK Beberkan Penyebabnya
9 Juni 2023
Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat, OJK Beberkan Penyebabnya
Tercatat pada April 2023, kredit perbankan tumbuh 8,08 persen year on year (yoy), lebih kecil ketimbang pertumbuhan kredit pada Maret 2023 yang mencapai 9,52 persen.