Rangkul Penegak Hukum, Pemerintah Tertibkan Impor Berisiko Tinggi  

Reporter

Rabu, 12 Juli 2017 14:57 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 11 Juli 2017. Rapat tersebut membahas perubahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL). Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menertibkan impor berisiko tinggi. Pihak itu di antaranya Kementerian Koordinator Perekonomian, Kantor Staf Kepresidenan, Kepolisian RI, TNI, Kejaksaan Agung, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

Menurut Sri Mulyani, penertiban impor berisiko tinggi harus melibatkan seluruh stakeholder terkait. Selama ini, kata Sri Mulyani, penyelundupan barang-barang impor kerap melibatkan para pelaku di berbagai kementerian dan lembaga.

"Peran Polri, TNI, Kejaksaan Agung, KPK, dan PPATK berarti sekali bagi Bea Cukai untuk menertibkan impor berisiko tinggi, menjaga penerimaan negara, dan menjaga perbatasan," katanya di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Jakarta, Rabu, 12 Juli 2017.

Simak: Sri Mulyani Rangkul Tiga Negara Suaka Pajak

Dengan bersinergi bersama para stakeholder terkait, Sri Mulyani ingin memberikan sinyal kepada para pengusaha bahwa kementeriannya bertekad melayani mereka dengan lebih baik. "Kami juga ingin memperbaiki sistem, memperbaiki tingkah laku dan kinerja kami," ujarnya.

Jaksa Agung Muhammad Prasetyo menuturkan, selama ini, penertiban importir nakal oleh para penegak hukum berjalan sendiri-sendiri. Karena itu, kata Prasetyo, pemerintah akan membentuk satuan tugas (satgas) penertiban impor berisiko tinggi.

"Dengan satgas ini, kami harap upaya pencegahan dan penindakan impor berisiko tinggi lebih baik. Kami menyadari praktik seperti ini nantinya di satu sisi akan mematikan produksi dalam negeri dan di sisi lain menyebabkan tidak optimalnya penerimaan negara," ucapnya.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan jumlah importir berisiko tinggi memang hanya sekitar 5 persen dari seluruh importir. "Namun, kalau tidak di-manage akan menghancurkan perekonomian Indonesia. Ini juga yang menghambat dwelling time," tuturnya.

Kepala Staf Presiden Teten Masduki berujar praktik penyelundupan masih banyak terjadi. "Selain sistem yang buruk, ada pula pembekingan-pembekingan. Ini harus kita hentikan. Sinergi ini adalah bagian dari pembenahan tata kelola pemerintahan," katanya.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian pun menyatakan dukungannya atas sinergi untuk penertiban impor berisiko tinggi tersebut. Begitu pula dengan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang dan Ketua PPATK Kiagus Ahmad Badaruddin. Mereka mendukung sepenuhnya kerja sama ini.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

14 jam lalu

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

Viral seorang pria yang merobek tas Hermes mewah miliknya di depan petugas Bea Cukai. Bagaimana duduk persoalan sebenarnya?

Baca Selengkapnya

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

17 jam lalu

Kemendag Sosialisasikan Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Soal Pengaturan Impor

Permendag nomor 3 tahun 2023 diklaim belum sempurna.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

1 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

1 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

1 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Kembalikan Aturan Impor Bahan Baku Industri ke Aturan Lama, Ini Alasannya

2 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Kembalikan Aturan Impor Bahan Baku Industri ke Aturan Lama, Ini Alasannya

Mendag Zulkifli Hasan kembalikan aturan impor bahan baku industri. Apa alasannya? Begini bunyi Permendag 25/2022.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

2 hari lalu

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas merevisi lagi peraturan tentang barang bawaan impor penumpang warga Indonesia dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

2 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

Bea Masuk Barang Impor Disoal, YLKI juga Mendapat Aduan

2 hari lalu

Bea Masuk Barang Impor Disoal, YLKI juga Mendapat Aduan

Bea Cukai sedang disorot karena kasus bea masuk impor yang mahal. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkapkan ada sejumlah aduan serupa.

Baca Selengkapnya

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

3 hari lalu

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

Kerap kali barang impor bisa terkena harga denda dari Bea Cukai yang sangat tinggi. Bagaimana respons Menteri Keuangan Sri Mulyani?

Baca Selengkapnya